Trump jadi Presiden AS Lagi, BI Antisipasi Risiko Ekonomi Global ke RI
Bunga Fed diramalkan kembali turun 75 bps.
Jakarta, FORTUNE - Kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dalam Pemilu 2024 dikhawatirkan bakal meningkatkan risiko perekonomian global dalam sektor perdagangan.
Hal itu disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Wajiyo dalam Rapat Dewan Gubernur BI (20/11). Ia menilai, arah kebijakan fiskal pada pemerintahan Trump akan lebih ekspansif dan berorientasi domestik sehingga bakal menerapkan tarif perdagangan yang tinggi hingga imigrasi yang ketat.
Ia memandang, kondisi itu akan memicu fragmentasi perdagangan ke sejumlah negara lain seperti Cina, Uni Eropa hingga Indonesia.
"Tarif perdagangan yang tinggi AS bahkan kemungkinan mulai akan diterapkan pada semester II-2025," ujar Perry.
Bunga Fed diramalkan turun 75 bps
Berbagai kebijakan Trump diperkirakan bakal mengganggu arah Suku Bunga Acuan Fed. Perry meramalkan bahwa bunga acuan bank sentral akan turun 25 basis poin (bps) pada rapat Desember 2024.
Saat ini bunga acuan Fed bertengger pada level 4,50–4,75 persen. Tidak berhenti di situ, lanjut Perry, pada 2025 Fed diperkirakan bakal kembali menurunkan 50 bps.
Melihat dampak-dampak di atas, Perry pun masih membuka peluang penurunan suku bunga acuan. Namun demikian, kondisi ini masih tergantung kepada perkembangan ekonomi global.
Ini arah bauran kebijakan moneter BI
Untuk mengantisipasi dampak kondisi tersebut ke dalam negeri, BI melakukan langkah aktif untuk berfokus pada kebijakan moneter demi menjaga nilai tukar rupiah dan arus modal asing.
"Arah bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," kata Perry.
Upaya tersebut didukung dengan langkah-langkah kebijakan seperti penguatan strategi operasi moneter pro-pasar untuk menarik berlanjutnya aliran masuk modal asing guna memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah.
Selain itu, BI juga meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter dengan mengoptimalkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) sebagai instrumen moneter pro-pasar.
Bank sentral juga memperkuat struktur suku bunga instrumen moneter demi menarik aliran masuk portofolio asing ke aset keuangan domestik.