Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Belanja Iklan di Olahraga Wanita Melejit 139%, Capai US$244 Juta

ilustrasi olahraga bersama (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi olahraga bersama (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Jakarta, FORTUNE - Industri olahraga wanita global tengah melonjak, tak hanya dari sisi prestasi atlet dan jumlah penonton, tapi juga dari sisi komersial. Menurut laporan terbaru Deloitte, belanja iklan untuk olahraga wanita mencapai US$244 juta pada 2024, naik 139 persen dibandingkan tahun sebelumnya—pertumbuhan yang mencerminkan daya tarik komersial olahraga wanita yang semakin kuat.

Pertumbuhan signifikan ini terjadi seiring proyeksi pendapatan global olahraga wanita yang diperkirakan menyentuh US$2,35 miliar pada 2025, naik dari US$1,88 miliar pada 2024. Untuk pertama kalinya, olahraga wanita global resmi masuk ke dalam lingkup bisnis bernilai miliaran dolar. Kenaikan ini didorong oleh kombinasi beberapa faktor: kenaikan jumlah penonton, pengakuan merek, siaran yang lebih luas, pertandingan yang padat penonton, dan tentunya sponsor yang makin berani mengucurkan dana.

Deloitte mencatat bahwa sektor seperti otomotif, farmasi, dan telekomunikasi menjadi pengiklan utama dalam olahraga wanita tahun lalu. Ketertarikan merek terhadap olahraga wanita juga berkaitan dengan profil audiensnya, yakni 74 persen penggemar olahraga wanita adalah pencari nafkah utama dalam rumah tangganya, lebih tinggi dibandingkan penggemar olahraga pria (70 persen).

"Hal ini membuat olahraga wanita menjadi lahan iklan yang sangat strategis bagi perusahaan yang ingin menjangkau konsumen dengan daya beli tinggi," tulis Deloitte dalam laporan itu,

Lompatan besar juga terlihat dalam hak siar dan daya tarik atlet wanita. Misalnya, WNBA menandatangani kesepakatan hak siar 11 tahun senilai US$2,2 miliar, di mana Disney, Amazon, dan NBCU akan menayangkan lebih dari 125 pertandingan tiap musim. Popularitas Caitlin Clark, yang dinobatkan sebagai Athlete of the Year oleh Time dan kini bermain untuk Indiana Fever, telah mendorong rekor kehadiran dan pemirsa WNBA ke level tertinggi dalam 25 tahun.

Dengan kondisi ini, pendapatan dari bola basket wanita saja diprediksi akan menembus US$1,03 miliar tahun ini. Tak hanya siaran televisi, media digital juga berkembang pesat. All Women’s Sports Network, jaringan yang ikut didirikan oleh aktris Whoopi Goldberg, telah menjangkau lebih dari 2 miliar orang di 65 negara, menghadirkan pertandingan berbagai cabang olahraga dan dapat diakses gratis lewat aplikasi streaming.

Di ruang audio, iHeart Women’s Sports menambah delapan podcast baru pada awal 2025, meliputi olahraga seperti golf, balap, bola basket, dan sepak bola. Jaringan ini memperluas jangkauan dari induknya, iHeartPodcasts, yang mencatat 177 juta unduhan per bulan per Maret 2025.

Laporan Deloitte menyimpulkan bahwa 2025 akan menjadi titik balik olahraga wanita sebagai kekuatan ekonomi. Tak hanya meningkatkan partisipasi dan pengaruh atlet wanita, tetapi juga memperluas peluang bisnis bagi sponsor dan pengiklan yang jeli melihat potensi pasar ini. “Olahraga wanita kini bukan hanya panggung prestasi, tapi juga kekuatan ekonomi,” tulis Deloitte dalam laporan tersebut.

Bagaimana di Indonesia?

Ilustrasi wanita olahraga pagi (freepik.com/shurkin_son)
Ilustrasi wanita olahraga pagi (freepik.com/shurkin_son)

Laporan Indeks Pembangunan Olahraga 2024 dari Kementerian Pemuda dan Olahraga mengungkap, nilai agregat ekonomi olahraga Indonesia pada 2024 tercatat sebesar Rp39,45 triliun atau setara dengan 0,19 persen dari PDB nasional. Angka ini naik Rp2,17 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.

Kontribusi terbesar datang dari penjualan sepatu olahraga (41,75 persen) dan pakaian olahraga (28,61 persen), disusul oleh tiket pertandingan, biaya perjalanan, dan sewa tempat latihan. Namun di balik angka-angka tersebut, tersimpan peluang besar di sektor digital, terutama dari pemasaran dan iklan berbasis platform.

Tren digitalisasi juga telah mengubah wajah konsumsi olahraga. Siaran pertandingan kini tak lagi didominasi televisi, meski tetap memegang pangsa 44,23 persen. Youtube menyusul dengan 30,91 persen, disusul TikTok (11,93 persen) dan Instagram (5,64 persen). Perubahan ini membuka pintu lebar bagi pelaku industri untuk memanfaatkan iklan digital secara lebih efektif.

Platform seperti YouTube dan TikTok memberikan ruang iklan yang fleksibel, menjangkau penggemar berdasarkan minat, lokasi, dan interaksi. Dengan biaya lebih rendah dibandingkan siaran konvensional, platform digital bisa menjangkau audiens global secara real time.

Meluasnya pemasaran digital, menguatkan fakta bahwa pemasaran konvensiona sudah tertinggal jauh di belakang. Patrick Nally, pakar pemasaran olahraga global, menyatakan, "Iklan konvensional sudah mati dan sponsorship olahraga konvensional sudah mati. Dunia sudah digital," ujarnya.

Peluang ini menjadi sangat penting, khususnya bagi brand dalam negeri. Meskipun merek asing seperti Nike dan Adidas masih mendominasi pilihan, 92 persen masyarakat sebenarnya lebih menyukai produk lokal. Ini membuka ruang besar bagi UMKM dan produsen olahraga lokal untuk mengakselerasi pemasarannya lewat kampanye kreatif digital yang menyentuh sisi emosional penggemar.

Berdasarkan data terbaru dari Nielsen untuk semester I tahun 2024, total belanja iklan di Indonesia mencapai sekitar US$5,22 miliar atau setara dengan Rp81,8 triliun. Angka ini mencerminkan pertumbuhan signifikan dibandingkan periode sebelumnya. Namun, data spesifik mengenai persentase belanja iklan yang dialokasikan untuk sektor olahraga di Indonesia belum diketahui.

Meskipun demikian, tren global menunjukkan bahwa sektor olahraga memiliki potensi besar sebagai platform periklanan. Merek-merek besar seperti Coca-Cola dan Visa mengalokasikan sebagian besar anggaran iklan mereka untuk acara olahraga besar seperti Olimpiade. Misalnya, Coca-Cola menghabiskan lebih dari US$440 juta untuk iklan terkait Olimpiade, dengan lebih dari separuh anggaran media mereka di Indonesia digunakan untuk saluran online.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us