LUXURY

Orang Kaya Rusia Borong Perhiasan dan Jam Tangan Mewah

Banyak perusahaan hengkang, tapi merek mewah tetap bertahan

Orang Kaya Rusia Borong Perhiasan dan Jam Tangan MewahIlustrasi jam tangan dan perhiasan mewah. Shutterstock/lapas77
04 March 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Rusia, FORTUNE - Konflik Rusia dan Ukraina tak hanya melahirkan korban jiwa dan gelombang pengungsi, tapi juga gejolak ekonomi. Beberapa negara telah memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia. Dampaknya, mata uang Rusia jatuh dan membuat pasar saham tutup. Banyak orang kaya di Rusia beralih ke perhiasan dan jam tangan mewah untuk mempertahankan nilai tabungannya.

Rubel anjlok hingga menyentuh rekor terendah, yakni 110 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di Moskow pada Rabu (2/3). Sistem keuangan Rusia terhuyung-huyung ditekan beban sanksi Barat menyusul agres militer ke Ukraina.

Mata uang Rusia itu jatuh 4,5 persen menjadi 106,02 terhadap dolar di perdagangan Moskow, dan telah kehilangan 30 persen dari nilainya terhadap dolar sejak awal tahun. Terhadap euro, rubel turun 2,5 persen pada Rabu (2/3) untuk menutup di 115,40.

Perhiasan dan jam tangan mewah laris manis

Penjualan di toko-toko Bulgari SpA Rusia telah meningkat dalam beberapa hari terakhir. Kepala eksekutif perhiasan Italia mengatakan, bangsa Ukraina sangat membatasi pergerakan uang tunai usai dunia internasional menanggapi invasi.

"Dalam jangka pendek itu mungkin telah meningkatkan bisnis," kata Jean-Christophe Babin, pebisnis asal Rusia, dikutip dari Bloomberg pada Jumat (4/3).

“Berapa lama itu akan bertahan sulit untuk dikatakan, karena memang dengan langkah-langkah SWIFT, yang diterapkan sepenuhnya, mungkin akan menyulitkan jika bukan tidak mungkin untuk mengekspor ke Rusia,’’ katanya, menambahkan.

Bahkan ketika merek merek konsumen dari Apple Inc. hingga Nike Inc., Shell Plc, dan Exxon Mobil Corp. menarik diri dari Rusia, merek mewah terbesar di Eropa sejauh ini mencoba untuk terus beroperasi di negara tersebut.

Bulgari, yang dimiliki oleh LVMH SE, tidak sendirian. Cartier dari Richemont masih menjual perhiasan dan jam tangan. Arloji Omega dari Swatch Group juga menjadi pilihan, begitu juga Rolex.

Para pengusaha tersebut beralasan tetap berjualan di Rusia karena untuk rakyat dan bukan untuk dunia politik.

“Kami ada untuk rakyat Rusia dan bukan untuk dunia politik,” kata Babin. 

“Kami beroperasi di banyak negara berbeda yang memiliki periode ketidakpastian dan ketegangan.”

Pasar sekunder menggeliat

Jam tangan mewah populer dapat berpindah tangan di pasar sekunder dengan harga tiga atau empat kali lipat dari harga ecerannya. Namun, dampak invasi terhadap nilai barang-barang mewah menciptakan masalah hubungan masyarakat yang potensial.

“Memang benar bahwa merek-merek mewah dapat memutuskan untuk tidak melayani pasar Rusia. Secara rasional, ini akan menjadi biaya bagi mereka, mungkin sebanding dengan citra komunikasi positif yang mereka dapatkan di pasar lain,” kata analis Bernstein Luca Solca.

Penjualan di Rusia dan ke Rusia di luar negeri menyumbang kurang dari 2 persen dari keseluruhan pendapatan di LVMH dan Swatch Group dan kurang dari 3 persen di Richemont, menurut laporan minggu ini oleh Edouard Aubin dan rekan analis di Morgan Stanley.

Salah satu penyebabnya, yakni perbedaan pendapatan dan kekayaan Rusia dengan sejumlah kecil miliarder oligarki hidup jauh di luar kemampuan orang biasa. Upah bulanan rata-rata di Moskow adalah sekitar 113.000 rubel (US$1.350 dengan nilai tukar sebelum invasi), dan jauh lebih rendah di daerah pedesaan.

Seorang juru bicara Swatch Group mengatakan perusahaan sedang memantau situasi di Rusia dan Ukraina dengan sangat cermat dan menolak berkomentar lebih lanjut. Juru bicara Richemont, Rolex, Hermes, LVMH, dan Kering SA menolak mengomentari soal operasional mereka di Rusia.

Related Topics