LUXURY

Ekspansi Brand Fashion Mewah ke Kuliner

Memadukan gaya dengan keahlian memasak.

Ekspansi Brand Fashion Mewah ke KulinerThe Coach Restaurant dan Coach Coffee Shop Hadir di Grand Indonesia Mall, Jakarta.
25 March 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Sejak 7 Februari, antrean panjang terjadi setiap hari di luar Louis Vuitton Island Maison di Marina Bay Sands. Namun, para pengunjung bukan memburu untuk tas Speedy atau Alma yang terkenal dari merek mewah Prancis, tetapi untuk coklat yang diterbangkan dari Paris.

Melansir The Straits Times, pada Senin (25/3) peminat Le Chocolat Maxime Frederic di Louis Vuitton, berkembang pesat sehingga camilan manisnya hilang dari rak pada sore hari. Harganya berkisar dari US$35 untuk sebatang coklat hingga US$460 untuk Vivienne on Malle, patung yang terinspirasi oleh Vivienne Music Box karya Louis Vuitton.

Semakin banyak merek fesyen yang merambah dunia Kuliner, memadukan gaya dengan keahlian memasak untuk menciptakan pengalaman unik bagi pelanggan mereka.

Dr Samer Elhajjar, dosen senior di departemen pemasaran NUS Business School, mengatakan peningkatan mint pelanggan bukanlah tren yang tiba-tiba, tapi merupakan langkah strategis untuk melibatkan konsumen saat ini.

“Rumah mode, yang selalu mencari sudut pandang baru, memperluas wawasan mereka di luar pakaian. Mereka memanfaatkan keinginan untuk mendapatkan pengalaman yang lebih dari sekadar menjual barang. Dengan merambah ke dunia kuliner, merek tidak hanya mendiversifikasi sumber pendapatan, namun juga menciptakan jalur baru untuk interaksi konsumen dan loyalitas merek," ujarnya.

Upaya menarik konsumen Gen Z

Cokelat Louis Vuitton/Dok. Louis Vuitton

Tren ini dipicu oleh preferensi Gen Z, yang sering kali menganggap pengalaman gastronomi lebih mudah diakses dibandingkan tas tangan seharga US$4.000 dari merek yang sama.

Survei pada tahun 2023 yang dilakukan di Amerika Serikat oleh publikasi industri mode online Vogue Business mengungkapkan bahwa lebih dari separuh dari 166 responden berusia 16 hingga 24 tahun telah membeli makanan atau minuman yang mereka anggap sebagai makanan atau minuman mewah dalam setahun terakhir.

Dengan platform media sosial yang menjadi pusat keterlibatan Gen Z, merek fesyen memanfaatkan kekuatan penyampaian cerita visual untuk memperluas jangkauan mereka di luar peragaan busana.

Dr Samer menggarisbawahi bahwa merek-merek ini, dengan mengintegrasikan kafe dan restoran ke dalam ruang ritel, menciptakan momen-momen yang dapat dibagikan dan disesuaikan untuk media sosial. “Dengan bekerja sama dengan para chef, memimpikan konsep-konsep inventif, dan menciptakan pengalaman bersantap yang tak terlupakan, mereka menciptakan cerita yang sesuai dengan audiens mereka. Jujur saja, siapa yang tidak ingin memotret makanan lezat mereka dan membagikannya kepada dunia?”

Ia yakin tren ini akan terus berlanjut karena konsumen muda terus memprioritaskan pengalaman dibandingkan harta benda. “Kami mengharapkan kolaborasi yang lebih inovatif antara chef ternama dan rumah mode, yang akan menghasilkan pengalaman bersantap yang tidak hanya lezat, namun juga memukau secara visual dan kaya akan konsep," katanya.

Le Chocolat Maxime Frederic di Louis Vuitton

Dok. Louis Vuitton

Related Topics