Analis Prediksi Bitcoin Tak Akan Turun di Bawah US$100.000

Jakarta, FORTUNE - Harga Bitcoin (BTC) diprediksi akan bertahan di atas level US$100.000 jika tren positif ekonomi global terus berlanjut. Pandangan itu disampaikan oleh Geoffrey Kendrick, Global Head of Digital Assets Research di Standard Chartered Bank.
Dalam laporannya yang dikutip dari The Block (27/10), Kendrick menilai momentum pemulihan hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi faktor utama yang mendorong optimisme di pasar aset berisiko, termasuk kripto.
Ia menyoroti sinyal positif dari Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang mengindikasikan bahwa pembatasan ekspor logam tanah jarang (LTJ) dari Tiongkok kemungkinan akan ditunda selama satu tahun.
Sebagai langkah timbal balik, Tiongkok dikabarkan akan meningkatkan impor kedelai dari AS dalam jumlah besar selama beberapa tahun ke depan. Kesepakatan ini juga mencakup rencana untuk mencabut ancaman tarif impor sebesar 100 persen.
Detail final dari perjanjian tersebut diperkirakan diumumkan usai pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan pada Kamis mendatang.
Meredanya tensi perdagangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia itu mendorong perbaikan signifikan di pasar aset berisiko. Rasio Bitcoin terhadap emas juga diprediksi kembali menanjak ke atas level sebelum 10 Oktober, ketika kabar ancaman tarif 100 persen sempat memicu aksi jual besar di pasar kripto.
“Saya akan memperhatikan jika rasio ini kembali menembus angka 30, karena itu akan menjadi sinyal berakhirnya fase ketakutan di pasar,” ujar Kendrick.
Ia menambahkan, tanda penguatan berikutnya bisa terlihat dari arus dana baru ke ETF Bitcoin spot. Menurut datanya, lebih dari US$2 miliar keluar dari ETF emas AS antara Rabu hingga Jumat pekan lalu.
“Jika setengah dari dana itu masuk kembali ke ETF Bitcoin dalam beberapa hari ke depan, itu akan menjadi indikasi kuat bahwa sentimen pasar mulai membaik,” jelasnya.
Kendrick menilai peran ETF Bitcoin kini jauh lebih signifikan dibandingkan halving cycle dalam menentukan arah harga. Ia menegaskan bahwa sinyal konfirmasi absolut akan muncul ketika Bitcoin mencetak all-time high (ATH) baru.
“Jika Bitcoin berhasil menembus rekor tertinggi, itu menandakan akhir dari keyakinan bahwa harga Bitcoin hanya akan mencapai puncaknya karena halving cycle. Saya yakin siklus halving sudah tidak lagi relevan, arus dana ETF kini lebih menentukan,” kata Kendrick.
Selain faktor geopolitik, Kendrick juga menyoroti hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan pada Rabu mendatang. Pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, langkah yang dinilai positif bagi aset berisiko seperti Bitcoin karena dapat meningkatkan likuiditas.
Pekan ini juga akan menjadi periode penting bagi pasar saham teknologi AS. Lima perusahaan dari kelompok “Magnificent Seven”, yakni Microsoft, Meta, dan Google akan melaporkan kinerja keuangannya pada 29 Oktober, disusul Apple dan Amazon pada 30 Oktober. Di sisi lain, perusahaan kripto besar seperti Coinbase dan Strategy juga dijadwalkan merilis laporan keuangannya.
“Jika semua perkembangan pekan ini berjalan positif, Bitcoin bisa jadi tidak akan pernah lagi turun di bawah US$100.000,” ujarnya.
Menurut data CoinMarketCap, harga Bitcoin tercatat menguat hampir 2 persen dan kini berada di sekitar US$115.400, hanya terpaut 8 persen dari rekor tertinggi sepanjang masa di kisaran US$126.198 yang dicapai pada awal Oktober lalu.











