MARKET

Tren Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut

Kinerja ekspor Juni 2021 patahkan rekor April 2021.

Tren Surplus Neraca Perdagangan BerlanjutDok. Humas Kemendag
09 August 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Muhammad Lutfi menyampaikan neraca perdagangan periode Juni 2021 mencatatkan surplus sebesar US$1,32 miliar. Surplus ini menunjukkan tren surplus neraca perdagangan bulanan terus berlanjut sejak Mei 2020.

“Hal yang membanggakan kita semua, dari sisi ekspor, nilai total ekspor Indonesia mencapai US$18,55 miliar dan menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2011,” katanya dalam keterangan resmi, Sabtu (17/7).

Surplus neraca perdagangan Juni ditopang oleh surplus neraca non-migas sebesar US$2,38 miliar dan terkontraksinya defisit neraca migas sebesar US$1,07 miliar. Surplus non-migas terbesar berasal dari Amerika Serikat (AS) sebesar US$1,24 miliar, Filipina US$650 juta, dan Belanda US$320 juta.

Sementara itu, neraca perdagangan kumulatif Januari–Juni 2021 tercatat surplus US$11,86 miliar. Nilai tersebut diperoleh dari surplus perdagangan pada sektor non-migas sebesar USD 17,57 miliar pada Januari–Juni yang mampu menutupi defisit perdagangan migas yang mencapai US$5,70 miliar. Bahkan, angka ini jauh melampaui surplus perdagangan periode Januari–Juni 2020 yang tercatat senilai US$5,43 miliar.

Kinerja Ekspor Juni 2021 Patahkan Rekor April 2021

Dari sisi ekspor, pencapaian Indonesia pada Juni 2021 tercatat sebesar US$18,55 miliar, naik 9,52% month-on-month dan secara tahunan naik sebesar 54,46%. Capaian ini melampaui kinerja ekspor April 2021 yang mencapai US$18,49 miliar. 

Peningkatan kinerja ekspor pada Juni 2021 ini didorong oleh peningkatan ekspor sektor migas sebesar 27,23% month-on-month dan peningkatan ekspor non-migas sebesar 8,45% month-on-month.

Selain peningkatan ekspor di sektor migas, sektor pertanian juga tercatat naik 33,04% (MoM), industri pengolahan naik 7,34% (MoM) dan sektor pertambangan naik 11,75% (MoM). Meroketnya ekspor sektor pertanian terutama disebabkan oleh membaiknya harga komoditas ekspor pertanian dan pulihnya permintaan dunia.

“Kinerja yang sangat baik pada seluruh sektor di masa pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid19 ini harus dipertahankan dengan menjaga status penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia tetap terkendali,” kata Lutfi.

Namun, optimisme pelaku bisnis manufaktur terhadap kondisi perekonomian Indonesia agak turun pada Juni 2021 karena gelombang kedua pandemi Covid-19. Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juni 2021 mencapai 53,5%, turun bila dibandingkan Mei 2021 yang mencapai 55,6%. 

Meski demikian, indeks ini masih cukup baik karena aktivitas industri masih berada di level ekspansif. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku ekonomi masih optimis pada pasar Indonesia.

Ekspor non-migas pada Juni 2021 menunjukkan peningkatan signifikan ke beberapa kawasan, antara lain ke Asia Tengah dengan peningkatan sebesar 115,93% (MoM), disusul oleh kawasan Amerika Tengah yang tumbuh 75,33% (MoM) dan Asia lainnya yang tumbuh 33,38% (MoM). Selain itu, ekspor ke kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara juga meningkat. 

“Kembali meningkatnya ekspor non-migas Indonesia ke beberapa wilayah Asia setelah turun pada bulan lalu menunjukkan bahwa permintaan pasar Asia mulai membaik,” tutur Mendag Lutfi.

Jika dilihat secara kumulatif Januari–Juni 2021, kinerja ekspor Indonesia menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan, yakni sebesar 34,78% (YoY). Sebagian besar ekspor produk utama Indonesia tercatat meningkat, misalnya kelompok produk bijih, terak dan abu logam; besi dan baja, berbagai produk kimia, lemak dan minyak hewan/nabati serta kendaraan dan bagiannya.

Related Topics