MARKET

Pasar Saham AS Diramalkan Bakal Menghadapi Superbubble

Sejumlah pakar membagikan pandangannya.

Pasar Saham AS Diramalkan Bakal Menghadapi SuperbubbleIlustrasi pasar saham remuk. Shutterstock/Gearstd
05 September 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Jeremy Grantham meramalkan pasar saham Amerika Serikat selangkah lagi bakal memasuki periode "superbubble". Investor kesohor sekaligus salah satu pendiri kantor manajer aset GMO itu yakin lonjakan ekuitas di negeri tersebut pada medio Juni hingga tengah Agustus cocok dengan pola reli pasar bearish yang lazim terjadi usai penurunan tajam sebelumnya. 

Menurutnya, kondisi tersebut biasanya akan berujung pada perburukan ekonomi. 

Dalam catatannya pekan lalu, Grantham menegaskan harga saham hingga kini masih terhitung sangat mahal. Dan, Inflasi tinggi yang sedang mendera Amerika saat ini secara historis telah membuat valuasinya mengalami kontraksi. Dia juga tidak ragu menyatakan fundamental ekonomi dunia telah sangat tergerus dalam beberapa bulan belakangan. Penyebabnya tidak tunggal: karantina wilayah yang terus berulang di Cina, krisis energi Eropa, kelangkaan pangan di ranah global, kenaikan suku bunga Fed, dan penurunan belanja pemerintah di banyak negara. 

"Superbubble ini kelak menampilkan berbagai hal berbahaya dari penilaian berlebihan lintas aset (dengan obligasi, perumahan, dan saham yang terlalu mahal dan saat ini kehilangan momentumnya dengan cepat), guncangan komoditas, dan Fed yang hawkish," katanya dikutip Fortune.com

Suara Grantham masih disimak karena dia sebelumnya terbukti akurat saat memprediksi bubble aset Jepang pada dekade 1980-an, bubble dotcom pada akhir dasawarsa 1990-an, dan krisis perumahan yang muncul sebelum gejolak ekonomi pada 2008. 

Masalahnya, bukan Grantham saja yang mengapungkan proyeksi sumbang atas pasar saham. Di antara pakar pasar lainnya dengan pandangan serupa adalah Michael Burry, Nouriel Roubini, Robert Kiyosaki, dan Harry Dent. Berikut dalih mereka dirangkum oleh Business Insider

Michael Burry

Burry tahun lalu berbicara tentang bubble luar biasa yang bakal menyelubungi harga aset, dan dia mewanti-wanti puncak dari itu adalah "induk segala kejatuhan". 

Dia menyatakan grafik S&P 500 menunjukkan indeks pasar saham telah merosot 18 persen sejak mencapai puncak pada Desember. 

Menurutnya, S&P 500 dapat ambles hingga 53 persen hingga di bawah 1.900 dalam beberapa tahun mendatang berdasar atas titik terendah indeks tersebut pada sejumlah kejatuhan sebelumnya. 

Nouriel Roubini

Roubini berpendapat bank sentral Amerika Serikat (Fed) sebenarnya mesti meningkatkan suku bunga hingga 5 persen untuk mengendalikan inflasi. Namun, persentase sebesar itu akan membanting kinerja saham, obligasi, perumahan, kredit, ekuitas privat, dan pasar lain di tengah kondisi perekonomian domestik yang bertumpuk utang. 

Ekonom NYU itu mengatakan perekonomian AS siap menanggung resesi menyakitkan yang kemungkinan akan mendesak pasar saham turun hingga 35 persen. 

Dia pun menyarankan para investor untuk memecah portofolionya ke aset alternatif seperti emas, real estate, atau bitcoin. 

Related Topics