MARKET

Bisnis Otomotif dan Alat Berat Lesu, Laba Bersih Astra Turun 14,3%

Penjualan mobil Astra merosot 20% pada kuartal I 2024.

Bisnis Otomotif dan Alat Berat Lesu, Laba Bersih Astra Turun 14,3%ilustrasi Astra Group (dok.astra.co.id)
30 April 2024

Fortune Recap

  • PT Astra International Tbk (ASII) catatkan laba bersih Rp7,46 triliun atau turun 14 persen dibanding tahun lalu
  • Pendapatan bersih konsolidasian turun 2 persen menjadi Rp81,2 triliun sepanjang kuartal I 2024
  • Kinerja negatif dari bisnis alat berat, pertambangan, otomotif menyebabkan penurunan laba Grup Astra
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Perusahaan konglomerasi PT Astra International Tbk (ASII) membukukan penurunan kinerja keuangan sepanjang kuartal I 2024. Perusahaan mencatat laba bersih Rp7,46 triliun atau turun 14 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp8,71 triliun seiring lesunya penjualan Otomotif.

Sepanjang tiga bulan pertama 2024, Perusahaan mencatat pendapatan bersih konsolidasian sebesar Rp81,2 triliun, lebih rendah 2 persen bila dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2023.

Sementara laba bersih Grup, bila tanpa menyertakan penyesuaian nilai wajar atas investasi di GoTo dan Hermina, sebesar Rp8,1 triliun, turun 5 persen dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2023. Namun, jika memperhitungkan penyesuaian nilai wajar tersebut, maka laba bersih Grup menurun 14 persen menjadi Rp7,5 triliun.

Manajemen menuturkan, penurunan kinerja ini juga merefleksikan penurunan kinerja dari bisnis alat berat dan pertambangan serta otomotif. 

“Kinerja Grup pada kuartal pertama tahun 2024 menurun, terutama merefleksikan kondisi ekonomi yang melemah dan penurunan harga batu bara dari tingkat harga yang tinggi sebelumnya," kata Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto Tjondro dalam keterangan dikutip Selasa (30/4).

Lini bisnis otomotif  yang merupakan kontributor utama bisnis Grup Astra membukukan kinerja negatif pada kuartal I 2024. Penjualan mobil Grup Astra tercatat menjadi
120.000 unit, namun pangsa pasar ASII meningkat dari 53 persen menjadi 56 persen. Kondisi ini terjadi bersamaan dengan lesunya penjualan mobil secara nasional, di mana menurut data Gaikindo penjualan otomotif nasional turun 24 persen menjadi 215.000 unit pada kuartal pertama tahun 2024.

Segmen kendaraan roda dua juga mengalami kondisi serupa. Penjualan sepeda motor secara nasional menurun 5 persen menjadi 1.735.000 unit pada kuartal pertama tahun 2024 (data Kementerian Perindustrian) turut terefleksi pada penjualan sepeda motor PT Astra Honda Motor menurun 8 persen menjadi 1.324.000 unit dan pangsa pasar menurun dari 79 persen menjadi 76 persen. Hal ini akhirnya turut menyebabkan laba divisi otomotif grup Astra turun 9 persen menjadi Rp2,75 triliun dari tahun sebelumnya Rp3,02 triliun. 

Sementara pada divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, secara total Grup Astra mencatat penurunan laba bersih 15 persen menjadi Rp2,8 triliun, terutama disebabkan penurunan kontribusi dari bisnis pertambangan dan mesin konstruksi.

PT United Tractors Tbk (UNTR), yang 59,5 persen sahamnya dimiliki Perseroan, melaporkan penurunan laba bersih sebesar 15 persen menjadi Rp4,5 triliun. Penjualan alat berat Komatsu menurun 37 persen menjadi 1.100 unit dengan pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharan juga menurun. Perusahaan kontraktor penambangan, PT Pamapersada Nusantara, mencatat peningkatan volume pengupasan lapisan tanah (overburden removal) sebesar 17 persen menjadi 286 juta bank cubic metres dan peningkatan produksi batu bara sebesar 21 persen menjadi 32 juta ton.

Anak perusahaan UNTR di bidang pertambangan batu bara melaporkan peningkatan penjualan batubara sebesar 33 persen menjadi 4,0 juta ton (termasuk penjualan 765.000 ton batubara metalurgi), namun pendapatan menurun disebabkan oleh harga batu bara yang lebih rendah. Sedangkan, anak perusahaan UNTR di bidang pertambangan emas, PT Agincourt Resources, melaporkan penurunan penjualan emas sebesar 16 persen menjadi 49.000 ons.

Perusahaan kontraktor umum PT Acset Indonusa Tbk (ACST) juga melaporkan rugi bersih yang lebih tinggi sebesar Rp42 miliar, dibandingkan rugi bersih sebesar Rp30 miliar pada kuartal pertama tahun sebelumnya.

Related Topics