MARKET

Laba Saratoga Anjlok 81% Meski Pendapatan Dividen Naik, Ini Sebabnya

Pendapatan dividen 2022 rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Laba Saratoga Anjlok 81% Meski Pendapatan Dividen Naik, Ini SebabnyaEmiten afiliasi Sandiaga Uno, Saratoga Investama. (Website Saratoga Investama)

by Ekarina

13 March 2023

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Perusahaan investasi terafiliasi Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) membukukan laba bersih Rp4,61 triliun, turun 81,45 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 24,88 triliun. Padahal, di saat yang sama, perseroan mencatat kenaikan penghasilan dividen yang diperoleh dari perusahaan portofolio investasi menjadi Rp 2,6 triliun. Mengapa demikian? 

Mengutip laporan keuangan perusahaan, sepanjang 2022 Saratoga membukukan keuntungan neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lain sebesar Rp3,75 triliun, lebih rendah 84,73 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp24,40 triliun.Sedangkan penghasilan dividen, bunga dan investasi perseroan tumbuh 57 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp2,61 triliun. 

Presiden Direktur Saratoga Michael William P. Soeryadjaya menjelaskan pencapaian dividen tersebut menjadi rekor dividen terbesar yang pernah diperoleh Saratoga. PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX) menjadi kontributor dividen terbesar di tahun lalu.

“Kami menyampaikan apresiasi atas kinerja luar biasa portofolio investasi seperti ADRO, MDKA, TBIG, MPMX dan portofolio lainnya, sehingga berhasil mengoptimalkan peluang bisnis yang ada dan menghasilkan setoran dividen yang menjadi rekor sepanjang usia Saratoga," ujar dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (13/3).

Namun, hal ini tidak bisa mengimbangi besaran penurunan keuntungan investasi, ditambah dengan meningkatnya sejumlah pos beban seperti beban usaha, beban lainnya dan kerugian selisih kurs menyebabkan perusahaan mengantongi laba sebelum pajak Rp5,85 triliun. Perolehan ini juga lebih rendah dari perolehan tahun sebelumnya Rp25,69 triliun. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, Saratoga akhirnya membukukan laba bersih Rp4,61 triliun. 

Kenaikan Net Asset Value (NAV)

Perusahaan juga mencatatkan Net Asset Value (NAV) sebesar Rp 60,9 triliun pada 2022, tumbuh 8 persen dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 56,3 triliun. Pertumbuhan NAV yang tetap positif di tengah berbagai tekanan faktor ekonomi sepanjang tahun lalu menurutnya membuktikan solidnya strategi investasi dan fundamental bisnis portofolio investasi Saratoga.

"Pertumbuhan NAV positif dan perolehan dividen juga menjadi salah satu bukti kemampuan SDM Saratoga dalam mengembangkan strategi investasi perusahaan di tengah situasi ekonomi yang penuh tekanan dan pasar modal yang volatile pada tahun 2022,” kata Michael.

Di tengah lonjakan inflasi dan kenaikan suku bunga global maupun domestik, pada tahun 2022 Saratoga mampu memangkas nilai utang menjadi Rp1,6 triliun atau turun lebih dari 60 persen dibandingkan 2021.

Hal ini juga menyebabkan utang bersih perusahaan berada di posisi yang cukup rendah, yaitu di Rp 688 miliar. Dengan cashflow yang solid dan terukur, Saratoga saat ini memiliki ruang untuk mengoptimalkan setiap peluang investasi yang sesuai dengan DNA investasi perusahaan.

“Saratoga menutup 2022 dengan dukungan modal yang solid, sehingga perusahaan memiliki ruang yang lebar dalam mengeksekusi strategi investasinya. Kami berharap peningkatan portofolio investasi Saratoga akan terus berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan membuka lebih banyak lapangan kerja bagi Indonesia,” kata Michael.

Rasio biaya operasional

Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menambahkan, ditengah berbagai tekanan ekonomi dan meningkatnya risiko investasi di seluruh dunia, pada tahun lalu manajemen berhasil menjaga rasio biaya operasional dan pinjaman pada batas yang sehat.

Perusahaan mencatat, sepanjang tahun lalu rasio biaya operasional terhadap NAV sebesar 0,4 persen, sementara rasio pinjaman terhadap NAV turun menjadi 1,1 persen dibandingkan 2021 yang mencapai 5,8 persen.

“Keberhasilan itu menunjukkan bahwa perencanaan investasi yang tepat, yang didukung dengan pengelolaan modal investasi yang efisien, prudent dan terukur, mampu menjadikan Saratoga berhasil meraih kinerja positif pada tahun yang sangat menantang," katanya. 

Dengan pengalaman yang semakin matang dan kemampuan Saratoga dalam mengeksekusi strategi investasi di masa pandemi Covid-19 tiga tahun terakhir yang menurutnya menyebabkan NAV perusahaan mencapai rekor tertingginya pada tahun 2022.