MARKET

Ini Sebab Laba Q3-2023 Indika Energy Terjun 72,2 Persen

INDY harus merasakan penurunan harga rata-rata batu bara.

Ini Sebab Laba Q3-2023 Indika Energy Terjun 72,2 Persenilustrasi pertambangan (unsplash.com/Dominik Vanyi)
03 November 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Emiten pertambangan batu bara, PT Indika Energy Tbk (INDY), membukukan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$93,8 juta pada Januari-September 2023, turun 72,2 persen dari US$338,39 juta pada periode sama tahun sebelumnya.

Seiring menurunnya laba, pendapatan perseroan juga mencatatkan penurunan 26,6 persen menjadi US$2,29 miliar.

Vice President Director dan Group CEO Indika Energy, Azis Armand, mengatakan penurunan pendapatan terutama berasal dari Kideco Jaya Agung (Kideco) yang mencatat penurunan 23,0 persen menjadi US$1,70 juta yang disebabkan penurunan volume produksi dan harga jual rata-rata batu bara.

“Pada 9M 2023 Kideco menjual 22,6 juta ton batu bara atau turun 14,3 persen dibandingkan dengan penjualan 26,3 juta ton batu bara pada periode yang sama tahun sebelumnya akibat dari penurunan target produksi tahunan sebesar 31 juta ton pada tahun 2023 dibandingkan 34 juta ton pada tahun 2022,” kata dia dalam pernyataannya yang dikutip Jumat (3/11).

Dari total produksi, kata Azis, Kideco menjual 6,7 juta ton batu bara untuk kebutuhan dalam negeri. Hal ini sebagai dampak kebijakan domestic market obligation (DMO) sebesar 25 persen yang ditetapkan pemerintah.

Sementara itu, volume penjualan batu bara untuk pasar ekspor mencapai 15,8 juta ton dengan negara tujuan Cina, India, Taiwan, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Kideco juga mencatat harga jual rata-rata US$75,7 per ton batu bara atau turun 10,0 persen dibandingkan harga rata-rata US$84,2 per ton pada kuartal III-2022.

Indika juga harus meningkatkan tarif pajak royalti batu bara bagi pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) kepada pemerintah sebesar 31,6 persen dari harga jual rata-rata, yang berbeda dari tarif royalti bagi Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Generasi 1 sebesar 13,5 persen.

Sebagai dampaknya, biaya royalti pada periode sembilan bulan pertama 2023 mencapai US$520,0 juta dibandingkan US$391,8 juta dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Belanja modal untuk diversifikasi portofolio

Hingga kuartal III-2023, INDY tetap teguh dengan rencana awal untuk terus melakukan diversifikasi portofolio.

Hal itu ditunjukkan dengan realisasi belanja modal atau capital expenditure sebesar US$104,9 juta , yang 77 persennya atau US$ 81,2 juta dialokasikan untuk bisnis non-batu bara, termasuk Indika Minerals dengan  US$54,4 juta, Ilectra Motor Group  US$6,6 juta, dan Indika Nature US$9,5 juta.

Namun, untuk menjaga kerbelanjutan bisnis batu bara, INDY juga menggunakan belanja modal US$22,8 juta. Adapun alokasinya: untuk Indika Indonesia Resources (IIR) US$13,2 juta, dan Kideco US$9,6 juta.

“Keberlanjutan akan terus menjadi landasan utama dalam seluruh kegiatan usaha dan operasional kami sepanjang tahun 2023 dan ke depannya,” kata Azis.

Aksi akuisisi perusahaan

Pada 22 September 2023, perseroan itu melalui Indika Indonesia Resources (IIR) dan Indika Capital Investments (ICI) telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Bersyarat (CSPA) dengan Petrindo Jaya Kreasi sebagai pembeli sehubungan dengan rencana penjualan 100 persen kepemilikan saham di Multi Tambangjaya Utama (MUTU) kepada Petrindo Jaya Kreasi.

Transaksi ini diharapkan selesai dengan pemenuhan beberapa persyaratan pendahuluan sebagaimana ditetapkan dalam CSPA, termasuk persetujuan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Related Topics