MARKET

Iron Dome Israel Bisa Halau Rudal Iran, Harga Minyak Dunia Turun

Diprediksi akan naik ke US$90 per barel.

Iron Dome Israel Bisa Halau Rudal Iran, Harga Minyak Dunia TurunTambang minyak dunia. (Pixabay/Matryx)
15 April 2024

Fortune Recap

  • Harga minyak mentah dunia merosot setelah serangan Iran pada Israel tidak menimbulkan kerusakan besar di negara tersebut.
  • Serangan Iran terhadap Tel Aviv memunculkan kekhawatiran akan konflik regional yang mempengaruhi lalu lintas minyak melalui Timur Tengah.
  • Analisis menyebut serangan Iran berisiko memperketat pasokan minyak, namun konflik Israel-Hamas hanya berdampak kecil terhadap pasokan minyak.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Harga minyak mentah dunia merosot pada perdagangan Senin (15/4) pagi, menyusul konfirmasi Israel bahwa serangan Iran pada Sabtu pekan lalu tidak memunculkan kerusakan besar di lokasi yang menjadi target di negara tersebut. 

Harga minyak brent untuk pengiriman Juni turun 20 sen dolar atau 0,2 persen menjadi US$US$90,25 per barel, sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTO) untuk pengiriman Mei turun 33 sen dolar atau 0,4 persen menjadi US$85,33 per barel.

Serangan Iran terhadap Israel—dengan menembakkan lebih dari 300 rudal menuju Tel Aviv—merupakan agresi pertamanya dalam lebih dari tiga dekade terakhir. Karenanya, muncul kekhawatiran mengenai konflik regional yang lebih luas yang mempengaruhi lalu lintas minyak melalui Timur Tengah.

Namun serangan tersebut, yang oleh Iran disebut sebagai pembalasan atas serangan udara terhadap konsulatnya di Damaskus, hanya menyebabkan kerusakan ringan lantaran berhasil dihalau oleh sistem pertahanan Iron Dome Israel. 

Israel, yang berperang dengan militan Hamas yang dibeking Iran di Gaza, tidak membenarkan atau membantah pihaknya menyerang konsulat.

"Sebuah serangan sudah diperkirakan sebelumnya. Kerusakan yang terbatas dan fakta bahwa tidak ada korban jiwa berarti mungkin respons Israel akan lebih terukur," kata Warren Patterson, kepala strategi komoditas di ING, seperti dikutip Reuters. “Tapi yang jelas, masih banyak ketidakpastian dan itu semua tergantung pada bagaimana Israel meresponsnya.”

Dalam catatan laporannya, ING juga menyebut serangan Iran, yang merupakan negara produsen minyak terbesar keempat di OPEC—dengan produksi lebih dari 3 juta barel per hari (bpd)—berisiko memperketat pasokan minyak .

Pada Jumat (12/4), harga minyak mentah naik untuk mengantisipasi serangan balasan Iran, menyentuh level tertinggi sejak Oktober.

Meskipun kerusakan di Israel terbatas, para analis secara luas memperkirakan setidaknya kenaikan harga akan terjadi dalam waktu singkat pada pagi ini. Namun, dampak kenaikan harga yang lebih signifikan dan bertahan lebih lama hanya mungkin terjadi jika terjadi gangguan material terhadap pasokan, seperti kendala pada pengiriman di Selat Hormuz dekat Iran.

Lantaran itu, menurut analis ANZ Research dalam sebuah catatannya, sejauh ini konflik Israel-Hamas hanya berdampak kecil terhadap pasokan minyak.

“Serangan terhadap kedutaan Iran di Suriah dan pembalasan Iran telah meningkatkan ketegangan di Timur Tengah. Namun, kami tidak memperkirakan reaksi langsung terhadap harga minyak mentah mengingat kapasitas cadangan yang cukup dan premi risiko geopolitik yang sudah meningkat,” demikian petikan bunyi analisis tersebut.

Respons Israel akan menentukan apakah eskalasi ini akan berakhir atau berlanjut. Konflik ini masih bisa diatasi oleh Israel, Iran dan negara-negara proksinya, dengan kemungkinan keterlibatan AS. 

Pun demikian, menurut analis pasar IG Tony Sycamore, ketidakpastian penurunan suku bunga Federal Reserve AS di tengah tingginya inflasi juga bisa mendongkrak harga minyak ke depannya.

"Namun, dalam jangka menengah, ketidakstabilan geopolitik yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan Eropa (antara Ukraina dan Rusia) berarti bahwa semua risiko tetap berada di sisi atas, minyak mentah menuju US$90," katanya.

Related Topics