Harga Minyak Global Rebound Dibayangi Sentimen Sanksi AS ke Rusia

- Harga minyak global menguat setelah AS memberi sinyal untuk mempertimbangkan proposal perdamaian dengan Rusia.
- Kontrak berjangka minyak Brent naik 0,33 persen ke US$63,72 per barel, sejalan dengan kontrak minyak mentah AS yang naik 0,40 persen ke level US$59,68.
- AS menjatuhkan sanksi kepada Rosneft dan Lukoil serta menekan Ukraina untuk menerima proposal perdamaian, meningkatkan ekspektasi dialog dan potensi peningkatan ekspor minyak Rusia.
Jakarta, FORTUNE - Harga minyak global kembali menguat setelah Amerika Serikat (AS) memberi sinyal mempertimbangkan kerangka proposal perdamaian mencakup penyerahan wilayah dan pembatasan sejumlah jenis senjata.
Dilansir dari Reuters, kontrak berjangka minyak Brent naik 0,33 persen, ke US$63,72 per barel pada GMT 01:42. Sejalan dengan itu kontrak minyak mentah AS West Texas Intermediate atau 0,40 perse ke level US$59,68. Pemulihan harga minyak ini juga terjadi setelah anjlok hampir dua persen pada sesi perdagangan Rabu.
AS menjatuhkan sanksi kepada Rosneft dan Lukoil, dua produsen dan eksportir minyak terbesar Rusia dengan batas waktu penghentian operasi hingga 21 November. Langkah diplomatik ini dinilai sebagai upaya mendorong penyelesaian konflik berkepanjangan dengan Rusia.
"Sanksi terhadap perusahaan minyak besar Rosneft dan Lukoil, yang akan berlaku pada hari Jumat, telah menunjukkan tanda-tanda gangguan arus perdagangan, terutama ke India," demikian dikutip dari Trading Economics, Kamis (20/11).
Di sisi lain, pejabat Rusia menyatakan pembatasan tersebut tidak mengganggu produksi dan Moskow masih akan memenuhi kuota produksi pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.
Langkah Rosneft untuk mengurangi kepemilikan sahamnya di Kurdistan Pipeline Company menjadi di bawah 50 persen untuk melindungi anak usahanya dari dampak sanksi AS, turut menambah sentimen pergerakan harga minyak.
Sementara itu, tekanan diplomatik Washington terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy agar menerima rancangan proposal perdamaian AS juga meningkatkan ekspektasi dimulainya kembali dialog. Jika tercapai, hal ini berpotensi membuka ruang peningkatan ekspor minyak Rusia dan menambah kekhawatiran pasar atas kelebihan pasokan.
Dari sisi fundamental, data pemerintah AS menunjukkan kondisi yang beragam. Persediaan minyak mentah turun lebih besar dari perkiraan, sementara stok bensin dan sulingan justru naik untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu bulan.









