Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

IHSG Diproyeksi Naik Lagi, Tapi Waspada Tidak Sustain

business-1730089_1920.jpg
Ilustrasi pasar saham. (Pixabay/Ahmad Ardity)

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat pada Selasa (29/4), setelah ditutup naik 0,66 persen pada akhir perdagangan Senin (28/4).

Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova menjelaskan, IHSG telah menembus di atas fraktal 6.707 sebagai penanda dari adanya potensi tren naik jangka menengah.

Tren naik ini mestinya akan berlanjut nanti di wave [c] atau setelah IHSG membentuk koreksi wave [b]. "Artinya diperlukan untuk membuat tren naik menjadi lebih wajar," kata Ivan dalam riset hariannya.

Level support IHSG hari ini berada di 6.640, 6.585, 6.486, dan 6.406. Sementara itu, level resistennya berada di 6.753, 6.818, dan 6.908. Indikator MACD menunjukkan adanya momentum bullish.

Ivan memperkirakan IHSG hari ini bergerak di antara level support 6.700 dan resisten 6.760. Daftar saham pilihannya adalah ISAT, MAPI, MBMA, SMGR, dan UNVR.

Di sisi lain, Phintraco Sekuritas memproyeksikan IHSG hari ini melaju di rentang support 6.700, pivot 6.750, dan resisten 6.800. Saham-saham yang disoroti oleh tim risetnya adalah MAIN, JPFA, PSAB, BBRI, dan INDY.

Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy K mengatakan, penguatan IHSG di Senin (28/4) memvalidasi breakout resisten di 6.660. Selanjutnya, IHSG berpeluang mencoba menutup jarak di antara 6.770 hingga 6.870 pada pekan ini. Pasalnya penguatan Senin (28/4) didukung oleh kenaikan volume transaksi dan secara teknikal terbentuk pelebaran positive slope pada MACD.

"Salah satu faktor yang mendasari kekhawatiran bahwa penguatan ini tidak berkelanjutan adalah investor asing yang masih cenderung lanjutkan net sell (28/4) selama fase bullish reversal IHSG sejak 8 April 2025," jelas Valdy.

Sentimen eksternal relatif masih berkutat dengan isu tarif, di antaranya AS yang melunak terhadap Cina; potensi kesepakatan perdagangan dengan sejumlah negara yang bernegosiasi dengan AS; tekanan dari dalam negeri AS, khususnya tekanan politik yang berpotensi mendorong Presiden AS, Donald Trump untuk mendorong kesepakatan.

Dari dalam negeri, pasar mengantisipasi rilis data Foreign Direct Investment (FDI) kuartal I 2025. "Menarik untuk dicermati apakah realisasi FDI masih dapat bertahan di dua digit, mengingat isu tarif sudah mulai digaungkan pada kuartal I 2025, bersamaan dengan sejumlah kebijakan domestik yang dinilai sempat memicu sikap wait and see dari pelaku pasar," kata Valdy.

Share
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us