MARKET

Harga Perlahan Merosot, Begini Ramalan Suram Kinerja Bitcoin

Harga Bitcoin bisa jatuh ke posisi US$30 ribu.

Harga Perlahan Merosot, Begini Ramalan Suram Kinerja BitcoinIlustrasi kripto. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

by Luky Maulana Firmansyah

12 April 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Memasuki April, kinerja Bitcoin perlahan tapi pasti terus merosot. Menurut data dari coinmarketcap, Selasa (12/4) pagi, harga aset kripto tersebut kini jatuh di posisi US$39 ribu. Sedangkan, pekan sebelumnya nilai Bitcoin masih berada di lebih dari US$46 ribu.

Jika dibandingkan secara tahunan (year-on-year/yoy), harga aset kripto dengan kapitalisasi terbesar ini bahkan terkoreksi sebesar 33,9 persen dari sebelumnya lebih dari US$59 ribu.

Arthur Hayes, salah satu pendiri platform perdagangan aset kripto BitMex, menaksir penurunan harga Bitcoin ini akan berlanjut. Dia bahkan memperkirakan nilai aset digital ini akan ambles ke US$30 ribuan pada Juni mendatang.

Perkiraaan Hayes ini berdasar atas kinerja Bitcoin yang kerap kali sejalan dengan performa indeks saham teknologi di bursa saham Amerika Serikat (AS).

Saat ini, pasar sangat mencermati ekspektasi kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS (The Fed). Sentimen tersebut telah membebani baik pasar aset kripto maupun saham-sama teknologi. Ambil misal, indeks Nasdaq 100 pekan lalu telah terkoreksi 3,6 persen.

“Ada banyak pakar kripto yang percaya yang terburuk sudah berakhir,” kata Hayes dalam sebuah unggahan blog, seperti dikutip dari Fortune.com, Senin (11/4). “Saya percaya mereka mengabaikan kebenaran yang tidak menyenangkan bahwa harga kripto saat ini merupakan indikator untuk S&P 500 dan Nasdaq 100.”

Kombinasi melemahnya pertumbuhan global dan bank sentral yang kurang akomodatif akan berdampak ke saham teknologi, kata Hayes. Selanjutya, sentimen negatif tersebut akan meluas ke bursa aset kripto.

Sebelumnya, The Fed mengumumkan mulai Mei akan secara agresif memulai kebijakan penyesuaian neraca yang agresif. Bank Sentral AS sesungguhnya telah memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 0,25 persen sampai 0,5 persen, Kamis (17/3).

Kekhawatiran terhadap ekonomi

Tanda Bitcoin ditampilkan di luar toko tempat cryptocurrency diterima sebagai metode pembayaran di San Salvador, El Salvador, Selasa (1/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Jose Cabezas

Tak sedikit analis yang berpendapat kebijakan penyesuaian neraca (tapering off) the Fed akan menambah tekanan pada saham dan aset berisiko, menurut cointelegraph. Bitcoin pun bisa jadi akan kehilangan daya tariknya.

Kebijakan The Fed tersebut ditaksir bakal berdampak pada tren harga Bitcoin untuk beberapa bulan mendatang.

Martha Reyes, Head of Research Digital Asset Prime Brokerage and Exhange Bequant, berpendapat aset digital telah mengalami penarikan di tengah sentimen inflasi serta kekhawatiran kenaikan suku bunga. Sedangkan, di saat sama pertumbuhan diperkirakan akan melambat.

“Perhatian utama kami saat ini adalah pertumbuhan yang akan terus merugikan aset berisiko,” ujar Martha, seperti dinukil dari Forbes.

Meski demikian, Reyes menekan terlepas dari tantangan ekonomi makro saat ini adopsi kripto akan berlanjut. Apalagi, di tengah tren inflasi, negara-negara berkembang diprediksi akan lebih merangkul aset digital tersebut.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, memperkirakan kondisi pasar yang mendadak turun ini akibat sentimen dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang kembali menegaskan soal pengetatan kebijakan moneter, khususnya penyesuaian suku bunga,

Kenaikan suku bunga disinyalir akan mengurangi likuiditas di pasar keuangan, kata Afid. Arus modal yang masuk ke kripto ditaksir akan menyusut seiring investor yang mengurangi minat terhadap aset tersebut.