MARKET

Investasi di GoTo Tekor Rp881 Miliar, Telkom: Bukan Soal Untung/Rugi

Investasi di GoTo bakal menciptakan kolaborasi bisnis.

Investasi di GoTo Tekor Rp881 Miliar, Telkom: Bukan Soal Untung/Rugisource_name
17 May 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk menanggapi soal kinerja investasinya di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) yang merugi bahkan mencapai Rp881 miliar. BUMN telekomunikasi ini menganggap dinamika penurunan harga saham merupakan kondisi yang lazim terjadi.

Senior Vice President, Corporate Communication & Investor Relation Telkom, Ahmad Reza, mengatakan harga saham memang bisa turun atau naik sesuai dengan kondisi pasar di skala global dan regional. Naik turunnya harga saham pun berdampak terhadap potensi capital gain atau capital lost.

“Seperti, misalnya, tahun lalu kami mencatatkan unrealized gain atas investasi GoTo sebesar Rp2,5 triliun. Namun kini bisa terjadi unrealized loss,” kata Reza, dalam keterangan kepada media, dikutip dari Antara, Senin (16/5).

Pernyataan Reza ini menanggapi soal tren harga saham GoTo yang melorot belakangan. Sebagai informasi, entitas gabungan Gojek dan Tokopedia baru saja melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO), Senin (11/4), dengan harga Rp338 per saham. Namun, pada perdagangan Selasa (17/5), harga saham GoTo hanya Rp200 per saham, menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam laporan keuangan kuartal pertama 2022, manajemen Telkom mengatakan nilai wajar investasi di GoTo dengan menggunakan harga IPO.

“Jumlah kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar investasi Telkomsel pada GoTo pada 31 Maret 2022 adalah sebesar Rp881 miliar disajikan sebagai kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar atas investasi dalam laporan laba rugi konsolidasian,” demikian pernyataan manajemen Telkom.

Investasi jangka panjang

GOTO catat saham di BEI. (GOTO)

Telkom Group mengambil keputusan untuk berinvestasi di suatu perusahaan tidak semata-mata hanya mempertimbangkan aspek untung rugi, menurut Reza. Akan tetapi, perusahaan turut mempertimbangkan aspek yang lebih komprehensif, seperti sinergi dalam membangun ekosistem digital nasional yang lebih besar, salah satunya lewat investasi perseroan di GoTo.

Perincian investasi Telkom terdapat di laporan perusahaan. Pada 16 November 2020, Telkom melalui Telkomsel mengadakan perjanjian dengan PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (AKAB) untuk investasi dalam bentuk Obligasi Konversi (“CB”) tanpa bunga sebesar US$150 juta atau setara dengan Rp2,11 triliun. CB tersebut akan jatuh tempo pada 16 November 2023.

Investasi dimaksud, kata manajemen, tujuannya bukan untuk mengumpulkan arus kas kontraktual dan bukan semata-mata pembayaran pokok dan bunga atas pokok terutang, sehingga CB diklasifikasikan sebagai FVTPL.

Pada 17 Mei 2021, AKAB dan PT Tokopedia merger menjadi GoTo. Merger ini membuat Telkomsel mengeksekusi CB sesuai dengan perjanjian CB, dengan CB akan dikonversi menjadi saham.

Berdasarkan perjanjian CB, GoTo akan membayar total jumlah konversi kepada Telkomsel, dan setelah menerima jumlah konversi tersebut, perseroan harus segera membayar jumlah konversi kepada GoTo sesuai dengan Perjanjian Pemesanan Saham.

Pada 18 Mei tahun lalu, Telkomsel telah menandatangani Perjanjian Pembelian Saham untuk memesan 29.708 lembar saham konversi atau sebesar US$150 juta atau RP2,11 triliun dan 59.417 lembar saham tambahan dari opsi pembelian saham atau senilai US$300 juta atau Rp4,29 triliun.

Berdasarkan perubahan akta 19 Oktober 2021, GoTo melakukan stock split dan mengubah jumlah kepemilikan saham Telkomsel dari 89.125 lembar saham menjadi 23.722.133.875 lembar saham.

Kolaborasi dan sinergi

Ilustrasi: PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk
Shutterstock/ senengmotret

Related Topics