Jakarta, FORTUNE - Harga bitcoin melonjak usai Indeks Harga Konsumen (CPI) November yang dirilis Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) naik hingga 6,8 persen year on year (yoy), atau tertinggi sejak Mei 1982 yang mencapai 6,9 persen. Para trader, yang mencermati CPI negeri Paman Sam dan menggunakan cryptocurrency sebagai lindung nilai terhadap inflasi, ramai-ramai menyerok bitcoin hingga naik 2 persen dandiperdagangkan sekitar US$50.000 dalam beberapa menit setelah data dirilis.
Namun daya ungkit inflasi tersebut tak berlangsung lama. Dalam beberapa jam setelahnya, harga bitcoin terperosok hingga di bawah level US$48.000.
Mengutip coinmarketcap, Bitcoin diperdagangkan pada US$49,07 ribu pada Senin (13/12) siang pukul 12.30 WIB. Harga mata uang kripto paling populer itu merangkak dari US$48,66 ribu pada Minggu (12/12) pagi.
Serupa dengan Bitcoin, harga Ethereum juga berayun sejak data CPI dirilis akhir pekan lalu. Hari ini, pergerakannya berada di rentang US$3,97 ribu hingga US$4,1 ribu setelah anjlok ke US$3,84 ribu pada 11 Desember 2021. Sedangkan Binance bergerak di rentang US$556,31 sampai US$574,19 setelah jatuh ke US$545,31 dua hari lalu.
Pedagang Crypto mungkin mengira tingkat inflasi yang tinggi akan memberi dorongan lebih kuat bagi bank sentral The Federal Reserve untuk mempercepat penarikan stimulus moneternya.
Pasalnnya, pada pertemuan bulan lalu, The Fed mengumumkan rencana untuk mulai mengurangi pembelian obligasi senilai US$120 miliar per bulan—suatu bentuk stimulus yang dirancang untuk membantu pasar dan ekonomi pulih dari dampak virus corona.
Pekan depan, The Fed diperkirakan akan menggandakan laju tapering untuk mengurangi pembelian obligasi pada Maret, lebih cepat dari rencana semula yakni pada pertengahan 2022.
Lennard Neo, analis di Stack Funds, mengatakan stimulus moneter yang lebih sedikit mungkin berdampak buruk bagi bitcoin, karena harga cryptocurrency telah didukung dalam beberapa tahun terakhir oleh taruhan bahwa triliunan dolar pencetakan uang oleh Fed akan memicu inflasi. "Kami mengharapkan lebih banyak perdagangan sideways karena pandangan beralih ke pertemuan bank sentral minggu depan," katanya seperti dikutip Coindesk.