Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pasar Keuangan Diramal Terus Volatil, Ini Strategi Investasi yang Disarankan

ilustrasi melakukan investasi dengan membeli saham (pexels.com/StockRadars Co)
Intinya sih...
  • Ketidakpastian global menjadi tantangan hingga kuartal III-2025.
  • Investor perlu menyusun strategi alokasi aset yang adaptif.
  • Alokasi antara aset defensif dan berisiko perlu seimbang, termasuk pendekatan quantitative finance.

Jakarta, FORTUNE - Ketidakpastian ekonomi global diperkirakan masih akan berlanjut hingga paruh kedua 2025. Di tengah tantangan ini, investor disarankan menerapkan strategi alokasi aset yang cermat dengan menyeimbangkan antara aset berisiko dan aset defensif.

CEO PT Inovasi Finansial Teknologi (Makmur), Sander Parawira, mengatakan volatilitas pasar keuangan tidak hanya dipicu oleh tekanan inflasi dan arah kebijakan suku bunga global, tetapi juga oleh risiko fiskal di negara-negara maju.

“Risiko eksternal masih tinggi sehingga pasar keuangan pada paruh kedua 2025 masih cenderung volatile. Investor perlu memiliki strategi portofolio yang adaptif dalam menghadapi ketidakpastian global,” ujar Sander dalam risetnya, Senin (30/6).

Sebagai solusinya, Sander merekomendasikan penyeimbangan portofolio. Aset berbasis pendapatan (income-generating assets) seperti obligasi negara, obligasi korporasi, dan reksa dana pendapatan tetap (RDPT) dapat menjadi jangkar menjaga stabilitas.

Menurutnya, RDPT bisa menjadi pilihan utama, khususnya bagi investor dengan profil risiko konservatif hingga moderat.

“Sementara bagi investor agresif, saham-saham domestik berfundamental kuat dapat dijadikan pilihan, namun penting mencermati valuasi mengingat banyak sektor telah rebound dari level terendahnya,” ujarnya.

Tren investor yang cenderung memilih aset defensif ini juga tecermin pada data Makmur. Platform ini membukukan pertumbuhan dana kelolaan (asset under management/AUM) 100 persen sepanjang 2024, jauh melampaui rata-rata industri selling agent fintech yang tumbuh 9,95 persen.

Arus Modal Asing Masuk ke Obligasi Indonesia

Di tingkat global, ketidakpastian kebijakan dagang AS telah mendorong kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury), yang memicu pelemahan dolar AS. Kondisi ini membuat aset di negara berkembang, termasuk Indonesia, menjadi lebih menarik.

Data menunjukkan, investor asing terus memborong Surat Berharga Negara (SBN). Hingga 19 Juni 2025, investor asing melakukan beli bersih (net buy) sebesar Rp29,89 triliun di pasar SBN.

Secara year-to-date (ytd), akumulasi beli bersih asing di pasar SBN mencapai Rp44,93 triliun. Arus masuk ini terjadi di tengah aksi jual bersih (net sell) investor asing di pasar saham yang mencapai Rp47,15 triliun.

"Arus masuk ke SBN mencerminkan minat yang tinggi terhadap instrumen berisiko rendah dengan imbal hasil yang cenderung lebih stabil," kata Sander.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us