Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Penjualan Melonjak, Laba Bersih PAM Mineral (NICL) Naik 386 Persen

LOGO-PAM-MINERAL.png
PT PAM Mineral Tbk (NICL). Dok NICL
Intinya sih...
  • PAM Mineral (NICL) mengalami kenaikan laba bersih 386 persen menjadi Rp357,52 miliar didorong oleh penjualan yang naik 152,07 persen menjadi Rp1,05 triliun.
  • Jumlah aset NICL tumbuh 4,73 persen menjadi Rp1,09 triliun.
  • Proyeksi semester II-2025 menunjukkan fluktuasi harga nikel global.

Jakarta, FORTUNE - Emiten pertambangan nikel, PT PAM Mineral Tbk (NICL), membukukan lonjakan laba bersih sebesar 386,59 persen pada semester I-2025. Laba perseroan mencapai Rp357,52 miliar, meningkat signifikan dari Rp73,47 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.

Kenaikan laba ini didorong oleh meroketnya penjualan perseroan sebesar 152,07 persen menjadi Rp1,05 triliun. Peningkatan pendapatan tersebut ditopang oleh lonjakan volume penjualan nikel yang naik 166,46 persen, dari 707.597 metrik ton (mt) menjadi 1.885.433 mt.

Direktur Utama NICL, Ruddy Tjanaka, menyatakan puas terhadap pencapaian tersebut di tengah kondisi global yang menantang.

“Di tengah situasi geopolitik global yang belum stabil dan turut berdampak pada perekonomian dalam negeri, kami tetap merasa puas dengan kinerja operasional dan keuangan perseroan pada kuartal kedua 2025,” ujar Ruddy dalam keterangan resm yang dikutip Selasa (22/7) .

Kinerja positif ini juga tecermin pada kesehatan neraca keuangan. Total aset perseroan tumbuh menjadi Rp1,1 triliun pada semester I-2025 dari Rp918 miliar pada periode sama tahun sebelumnya. Pada saat yang sama, NICL berhasil menekan total liabilitas menjadi Rp150,7 miliar pada semester I-2025 dari Rp136,8 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.

Penurunan liabilitas dan peningkatan laba mendorong total ekuitas naik menjadi Rp946,7 miliar. Sebagai komitmen kepada pemegang saham, perseroan juga telah membagikan dividen interim untuk periode 31 Maret 2025 sebesar Rp159,53 miliar, atau setara 82,60 persen dari laba bersih periode berjalan perusahaan.

Menatap semester kedua tahun ini, manajemen memperkirakan harga nikel masih akan bergerak fluktuatif. Proyeksi ini dipengaruhi oleh kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat dan potensi kelebihan pasokan di pasar global.

Meski demikian, perseroan melihat peluang strategis bagi industri nikel domestik di tengah ketegangan geopolitik antara Cina dan negara-negara Barat yang mendorong pencarian alternatif pasokan.

“Indonesia dapat memanfaatkan peluang itu sebagai pemain kunci non-Cina,” kata Ruddy.

Untuk menangkap peluang tersebut, NICL berencana memperluas jaringan pemasaran ke sejumlah smelter dan trader di Pulau Obi dan Halmahera. Selain itu, perseroan juga aktif menjaring mitra strategis untuk mendukung pengembangan usaha ke depan.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us