Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
For
You

Reli Bitcoin Setahun Lenyap Sekejap, Harga Ambles ke US$93.714

Ilustrasi grafik penurunan harga Bitcoin. (unsplash.com)
Ilustrasi grafik penurunan harga Bitcoin. (unsplash.com)

Jakarta, FORTUNE - Harga Bitcoin merosot tajam hingga jatuh ke posisi yang setara dengan akhir tahun lalu, menghapus seluruh keuntungan yang terbentuk sejak memasuki 2025. Tekanan ini muncul seiring memudarnya antusiasme pasar terhadap arah kebijakan pro-kripto pemerintahan Trump serta semakin hati-hatinya investor global dalam mengambil risiko.

Melansir Bloomberg, Bitcoin turun hingga menyentuh US$93.714 pada Minggu (16/11). Level tersebut berada di bawah penutupan akhir 2024, ketika aset kripto sempat menguat setelah kemenangan Trump pada pemilu AS.

“Pasar secara umum berada dalam mode risk-off. Kripto menjadi indikator awal, dan menjadi yang pertama bereaksi," ujar Matthew Hougan, Chief Investment Officer Bitwise Asset Management yang berbasis di San Francisco.

Dalam sebulan terakhir, para pembeli besar, mulai dari manajer ETF hingga bagian treasury perusahaan, mengurangi aktivitas akumulasi. Arus dana yang sebelumnya menopang reli kripto pun mengering. Di saat bersamaan, koreksi saham teknologi memperlemah minat investor pada aset berisiko.

Aliran dana yang stabil sebelumnya telah membentuk narasi bahwa Bitcoin bisa menjadi sarana diversifikasi, lindung nilai terhadap inflasi, pelemahan moneter, dan ketidakpastian politik. Namun, pandangan tersebut kembali memudar, menimbulkan kekhawatiran baru akan turunnya partisipasi investor.

Jake Kennis, analis riset senior Nansen, menilai pelemahan belakangan ini didorong aksi ambil untung holder jangka panjang, keluarnya investor institusi, kondisi makro yang belum pasti, serta likuidasi posisi long ber-leverage. “Yang jelas, pasar sementara ini memilih arah turun setelah periode konsolidasi panjang," katanya.

Tanda berkurangnya minat beli juga terlihat dari Strategy Inc., perusahaan perangkat lunak milik Michael Saylor yang dikenal agresif mengakumulasi Bitcoin. Harga saham perusahaan kini hampir setara dengan nilai Bitcoin yang dimiliki, mencerminkan investor tidak lagi bersedia membayar premi atas strategi leverage Saylor.

Fluktuasi semacam ini bukan hal asing bagi Bitcoin. Pada 2017, misalnya, harganya sempat melesat belasan ribu persen sebelum rontok 75 persen pada tahun berikutnya.

Hougan menyebut sentimen investor ritel saat ini cukup rapuh, meski ia menilai pelemahan sebagai kesempatan masuk. “Mereka tidak ingin mengalami penurunan 50 persen lagi, sehingga memilih keluar lebih cepat," katanya.

Pada tahun ini, Bitcoin pernah jatuh ke US$74.400 pada April saat Trump mengumumkan tarif baru, kemudian berbalik menguat ke rekor tertinggi sebelum kembali terkoreksi. Aset digital terbesar tersebut kini menguasai sekitar 60 persen kapitalisasi pasar kripto global yang mencapai US$3,2 triliun. Tekanan pasar bahkan lebih dalam bagi kripto berkapitalisasi kecil yang lebih labil. Indeks MarketVector yang memantau 50 aset digital terbawah dalam daftar 100 terbesar merosot sekitar 60 persen sepanjang tahun.

Chris Newhouse, Director of Research Ergonia, menuturkan bahwa pergerakan siklikal adalah karakter bawaan pasar kripto. "Namun, melalui percakapan dengan kolega, grup Telegram, dan forum konferensi, sentimen umum menunjukkan skeptisisme terkait penempatan modal dan ketiadaan katalis bullish alami," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us

Latest in Market

See More

Harga Perak Hari Ini, Senin 17 November 2025: Naik Rp1.600

17 Nov 2025, 11:46 WIBMarket