Simak Prospek Emiten Sektor Multifinance Sepanjang 2025

- Riset Kiwoom Sekuritas: Pertumbuhan industri multifinance melambat di bawah 6,82% pada 2024.
- Tingginya suku bunga, PHK massal, dan pembatasan pembelian BBM bersubsidi menjadi hambatan kinerja emiten multifinance.
- Potensi pembiayaan UMKM, program pemerintah membangun rumah, dan permintaan pembiayaan kendaraan listrik menjadi peluang bagi sektor multifinance.
Jakarta, FORTUNE - Riset terbaru dari Kiwoom Sekuritas menunjukkan perlambatan pertumbuhan industri menjadi salah satu faktor utama. Sekitar 50 persen perusahaan multifinance mengalami pertumbuhan di bawah 6,82 persen pada 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Menurunnya daya beli masyarakat, yang dipicu oleh tingginya tingkat suku bunga dan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal belakangan ini, akan menjadi hambatan signifikan bagi kinerja emiten multifinance.
“Belum lagi adanya pembatasan pembelian BBM bersubsidi dan pemberlakuan opsen pajak kendaraan bermotor mulai Januari 2025, menjadi beban tambahan bagi konsumen,” demikian analisis Kiwoom Sekuritas dalam risetnya, yang dikutip Selasa (8/4).
Persaingan yang semakin ketat dari industri modal ventura, perusahaan teknologi finansial (fintech), dan bank digital yang kian agresif menawarkan produk pinjaman online, serta popularitas fenomena buy now pay later (BNPL) di kalangan Generasi Z dengan gaya hidup YOLO (You Only Live Once), juga menjadi tantangan yang membayangi kinerja industri multifinance.
“Jika tidak diolah dengan baik, justru akan menimbulkan masalah penumpukan utang macet,” ujarnya.
Kendati demikian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih memproyeksikan adanya peningkatan piutang pembiayaan multifinance, meskipun dengan angka yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
OJK memprediksi peningkatan berkisar antara 7 persen hingga 8 persen pada 2025, turun dari proyeksi awal sebesar 8 persen hingga 10 persen. Proyeksi ini dikeluarkan meskipun data menunjukkan penurunan penjualan kendaraan bermotor yang mencapai hampir 14 persen secara tahunan pada 2024.
Menyikapi berbagai tantangan tersebut, Kiwoom Sekuritas mengidentifikasi sejumlah peluang yang dapat dimanfaatkan oleh emiten multifinance untuk mendongkrak kinerja mereka pada 2025. Salah satu peluang yang disoroti adalah potensi pembiayaan ke segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui produk pembiayaan multiguna.
Produk ini memungkinkan pelaku usaha mengajukan kredit dengan jaminan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) untuk mendapatkan dana tunai.
Selain itu, program pemerintah yang ambisius untuk membangun tiga juta rumah, serta meningkatnya permintaan pembiayaan kendaraan listrik sejalan dengan masifnya penggunaan energi hijau, juga dipandang sebagai peluang besar bagi sektor multifinance. Industri kelapa sawit yang terus berkembang juga disebut dapat menjadi lahan pembiayaan yang menjanjikan.
Berdasarkan analisis perbandingan price earning (PE) dan price to book value (PBV) industri, Kiwoom Sekuritas menilai beberapa emiten multifinance saat ini tergolong undervalue atau memiliki valuasi di bawah nilai intrinsiknya dan cukup aktif diperdagangkan.
Emiten-emiten tersebut PT Adira Dinamika Multi Tbk (ADMF), PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN), PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN), dan PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF). Meskipun demikian, Kiwoom Sekuritas menyatakan tren pergerakan harga saham emiten-emiten ini cenderung bearish atau menurun dalam beberapa waktu terakhir.
“KIWOOM RESEARCH tidak menyarankan untuk akumulasi terlalu banyak secara dari sisi industri masih menunjukkan kelesuan dan belum adanya insentif yang berarti,” ujarnya.