Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Suku Bunga BI Kembali Naik, Emiten di Sektor Ini Jadi Pilihan Analis

ilustrasi menghitung investasi (pexels.com/Lukas)

Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) meningkatkan suku bunga acuan 50 bps jadi 4,25 persen sebagai upaya mengendalikan inflasi, terlebih belum lama ini harga bahan bakar naik dan ada volatilitas mata uang. Di tengah situasi itu, emiten di sektor saham apa saja yang bisa dipertimbangkan investor pasar modal?

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Helmy Kristanto, mengatakan emiten di berbagai sektor komoditas termasuk dalam spektrum risiko rendah. Beberapa contohnya, batu bara, pertambangan logam, dan perkebunan. 

Di sisi lain, investasi di emiten sektor perbankan, konsumer, menara dan telekomunikasi masuk ke spektrum risiko rendah sampai menengah.

“Kondisi makro domestik tetap kuat dan kinerja sektor eksternal diproyeksikan tetap solid, terutama melalui CPO, batu bara, besi dan baja, serta pembukaan akses pariwisata asing,” jelas Helmy dalam riset, dikutip Senin (26/9).

Mirae Asset Sekuritas Indonesia pun menyoroti saham-saham yang bergerak di bidang batu bara, seperti ADRO, ITMG, PTBA, dan UNTR. Menurut Kepala Riset Mirae Asset, Hariyanto Wijaya, siklus pertumbuhan stok batu baru harus terus berlanjut.

Untuk sektor perbankan, likuiditasnya dinilai makin ketat. Per 7 September 2022, total outstanding instrumen operasi pasar terbuka (OPT) BI berkurang Rp84,9 triliun dibanding akhir Agustus (Rp580,8 triliun), jadi Rp495,9 triliun.

Akantetapi, non perfoming loan (NPL) masih terkendali di 2,9 persen. Di sisi lain, Ekonom Mirae Asset Indonesia, Rully Arya, menambahkan, pinjaman yang direstrukturisasi terkait Covid-19 terus turun jadi Rp560,4 triliun pada Juli, dari Rp576,2 triliun pada Juni. “Terendah sejak Mei 2020,” kata Rully.

Langkah BI kendalikan inflasi selain tingkatkan suku bunga

ilustrasi inflasi (pexels.com/pixabay)

BI juga melakukan triple intervention di pasar valuta asing, serta operation twist–taktik menjual dalam jangka pendek sekaligus membeli SBN jangka panjang di pasar sekunder guna menciptakan imbal hasil lebih baik.

“Bank sentral kembali menekankan niat untuk menjaga level rupiah agar tetap berada di level fundamental, di tengah ekspektasi kondisi pasar global yang sangat tidak pasti,” jelas Analis Fixed Income BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe.

BNI Sekuritas percaya, BI akan meninjau prospek perdagangan lebih lanjut, lalu menyesuaikan strategi suku bunga guna menarik arus asing. Salah satunya, dengan mengalibrasi langkah operation twist-nya.

Dengan langkah itu, BI memproyeksikan kenaikan inflasi 1,8–1,9 persen; Puncak kenaikan inflasi diperkirakan terjadi pada September, diikuti tren penurunan pertumbuhan setelahnya.

Lebih lanjut, inflasi headline akan melampaui 6 persen, sedangkan inflasi inti pada Desember diprediksi capai puncak 4,6 persen. Adapun, inflasi diproyeksi masuk tahap normalisasi pada semester II 2023.

Share
Topics
Editorial Team
Ekarina .
Tanayastri Dini
Ekarina .
EditorEkarina .
Follow Us