Analis: Suntikan PMN Berpotensi Jadi Katalis Positif Bisnis Adhi Karya
BRI Danareksa tetapkan target harga 1.600 untuk ADHI.
Jakarta, FORTUNE - Suntikan penyertaan modal negara (PMN), diperkirakan bakal memberi dampak positif terhadap kinerja emiten konstruksi PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Hal ini juga akan mempengaruhi laju harga saham perusahaan ke depan.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Muhammad Naufal Yunas, mengatakan suntikan modal itu akan membantu Adhi Karya dalam menjaga kepatuhan perjanjian utang serta memastikan ketersediaan modal kerja. Dus, perseroan dapat merampungkan pembangunan proyek infrastruktur secara tepat waktu.
“Kami memproyeksikan, dengan hasil suntikan modal, rasio utang ADHI akan jadi normal tahun ini, dengan asumsi tambahan modal perseroan senilai Rp3,9 triliun dari penerbitan saham baru guna memperoleh PMN,” kata Naufal dalam riset, dikutip Jumat (9/9).
BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan tingkat DER (debt to equity ratio) IBD (interest based debt) perseroan akan naik dari 1,08 kali (2021) jadi 1,32 kali (2022) setelah rights issue. Tapi, jika aksi korporasi itu tak dilakukan, maka DER IBD-nya melonjak lebih tinggi, sehingga jadi 2,18 kali.
ADHI akan menggelar rights issue atau hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sejumlah Rp3,87 triliun. Itu terdiri dari PMN senilai Rp1,97 triliun dan investor publik Rp1,89 triliun.
Alokasi suntikan modal baru
Adhi Karya menggarap 174 proyek berjalan tahun ini. Empat di antaranya bernilai besar, yakni LRT Jabodetabek (Rp23,3 triliun), Tol Yogyakarta–Bawen (Rp3,5 triliun), Tol Solo–Kulonprogo (Rp7,8 triliun), dan Tol Sigli–Banda Aceh (Rp8,2 triliun).
Ia menambahkan, jalan tol merupakan proyek investasi, sehingga Adhi Karya perlu menanamkan modal guna memperoleh pendapatan konstruksi. Saat ini, perseroan memiliki 24 persen saham tol Solo–Kulonprogo dan 12,5 persen di tol Yogyakarta–Bawen.
Naufal menyebut, perseroan akan memakai suntikan modal dari pemerintah untuk mendanai proyek pembangunan ruas tol Solo–Kulonprogo senilai Rp1,4 triliun; proyek tol Yogyakarta–Bawen Rp400 miliar; dan SPAM Karian–Serpong Rp200 miliar.
Di sisi lain, modal dari investor publik diperuntukkan ke proyek existing, seperti wacana pembangunan tol layang JORR. Tingkat kepemilikan perseroan di sana disebut mencapai 10 persen.
Naufal menetapkan target harga di level Rp1.600 untuk ADHI. Bersama dengan itu, ia juga memangkas proyeksi laba bersih di sisa tahun 2022, karena kinerja perseroan di paruh pertama di bawah ekspektasi.
Ia memperkirakan laba bersih ADHI akan mencapai Rp59 miliar tahun ini. Meski dipangkas, itu masih lebih tinggi dari capaian pada 2021–Rp55 miliar. Pada 2023, ia memproyeksikan laba bersih perseroan dapat melonjak jadi Rp271 miliar.