Dampak Konflik Timur Tengah Minim, IHSG Diprediksi Naik
Secara teknikal IHSG berpotensi kembali menguat.
Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan menguat lagi secara teknikal, Rabu (11/10), setelah naik 0,45 persen ke level 6.922,18 kemarin.
Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova mengataan, IHSG ditutup tipis di atas garis SMA-60 kemarin dan berpeluang menguji resisten Fibonacci di 7.016 apabila hari ini berhasil menembus ke atas 6.967 sebagai resisten terdekat.
Level support IHSG berada di 6.840, 6.804, dan 6.747. Sementara itu, resistennya berada di 6.967, 7.016, dan 7.058. Indikator MACD menunjukkan momentum bearish. Saham-saham pilihannya hari ini, yakni: ANTM, ASII, BBNI, CPIN, dan SMGR.
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana memperkirakan IHSG saat ini berada di bagian dari wave c dari wave (ii), sehingga pergerakannya masih rawan terkoreksi untuk menguji rentang area 6.747-6.820 sekaligus menguji MA200.
Namun, apabila IHSG masih kuat bergerak di atas 6.840 sebagai support terdekat, maka cermati kembali rentang area 6.940-6.970 sebagai area penguatannya.
Level support IHSG hari ini adalah 6.823 dan 6.744, sedangkan resistennya adalah 6.974 dan 7.046. Empat saham yang MNC Sekuritas soroti hari ini, yaitu: ENRG, PGEO, PTPP, dan TLKM.
Sentimen IHSG hari ini
Sementara itu, CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya Wijaya memproyeksikan IHSG bakal melaju di rentang konsolidasi wajar saat sentimen minim.
"Sedangkan, dalam jangka panjang IHSG masih berpeluang untuk naik mengingat pergerakan IHSG masih berada dalam jalur uptrend jangka panjang," jelasnya dalam riset harian.
William memproyeksikan IHSG akan bergerak menuju kisaran support 6.789 dan resisten di 6.978. Sejumlah saham yang ia soroti hari ini, yaitu: TBIG, SMRA, PWON, BBNI, TLKM, ASRI, BBCA, ICBP, dan UNVR.
Analis Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis pun memprediksi IHSG akan bergerak fluktuatif di kisaran 6.900-6.950 hari ini. Ia menyoroti potensi rebound lanjutan pada saham-saham bluechip seperti EXCL, MEDC, ESSA, TOWR, TLKM, dan BBRI.
Menurutnya, itu karena rally harga saham-saham terkait komoditas diprediksi mulai tertahan. "Itu merupakan respons dari perspektif sejumlah pengamat ekonomi bahwa dampak konflik di Timur Tengah terhadap harga komoditas, khususnya minyak mentah, mungkin terbatas," jelasnya.
Dari pasar domestik, data ekonomi menggambarkan melambatnya kenaikan penjualan ritel dari 1,6 persen (YoY) pada Juli menjadi 1,1 persen (YoY) pada Agustus.