MARKET

IHSG Dibuka Stagnan, Analis: Pasar Modal Masih Bertenaga

Analis optimistis dengan kenaikan IHSG dalam jangka panjang.

IHSG Dibuka Stagnan, Analis: Pasar Modal Masih BertenagaIlustrasi IHSG. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
07 October 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung stagnan di pembukaan perdagangan Jumat (7/10) sebelum terkoreksi 0,22 persen ke level 7.061,02.

Mengutip RTI Business, terpantau ada 141 saham emiten menguat, 84 saham emiten terkoreksi, dan 166 saham emiten stagnan di sesi pembukaan. Beberapa saham yang menghijau di antaranya BUMI, BRMS, PNBS, dan COAL.

Meski dibuka melemah, Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Hariyanto Wijaya, menyebut pasar saham Indonesia masih tangguh walau rupiah melemah dan suku bunga naik. Penguatan kurs spot indeks dolar AS diproyeksi telah mencapai puncaknya karena pasar memperhitungkan prospek kenaikan suku bunga Fed terbaru dalam pertemuan FOMC September.

“Karena itu kami proyeksikan saham Indonesia akan lanjutkan kinerja positif setelah normalisasi nilai kurs,” kata Hariyanto dalam riset, Jumat (7/10).

Beberapa daftar saham pilihan Mirae Asset Sekuritas Indonesia hari ini, yakni ITMG, PTBA, UNTR, ADRO, BNGA, BTPS, BBRI, dan BMRI. Per 5 Oktober, pilihan saham itu menghasilkan akumulasi return 79,3 persen sejak Agustus 2019, dan akumulasi return IHSG hanya 10,7 persen.

“Kami pikir perusahaan dengan penghasilan dolar AS, seperti perusahaan batu bara dari sektor komoditas, akan menikmati pertumbuhan laba bersih lebih tinggi selama pelemahan rupiah, ditambah dengan harga batu bara yang tinggi secara berkelanjutan,” jelasnya.

Sentimen data cadev, pasokan minyak, dan pasar global

Perdagangan IHSG setelah lebaran. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/pras)

Head of Research NH Korindo Sekuritas, Liza Camelia menambahkan para investor hari ini bakal menanti data cadangan devisa Indonesia di tengah volatilitas kurs di rentang Rp15.150 sampai dengan Rp15.300 sepekan. Itu akan memengaruhi pergerakan indeks acuan.

Selain itu, investor pun menanti-nanti dampak pemangkasan produksi OPEC+ sebesar 2 juta Bpd mulai November 2022. “Itu mengurangi persediaan minyak mentah global, berdampak pada kenaikan harga bahan bakar yang pada akhirnya kembali menambah beban angka inflasi,” jelas Liza dan tim dalam risetnya.

Tim analis memproyeksi IHSG hari ini bakal terkonsolidasi atau bergerak sideways, dengan rentang support 7.070 sampai dengan 7.060, 7.000, dan 6.960. Sementara itu, resistennya ada di level 7.090, 7.130 sampai 7.135, 7.150, serta 7.200 sampai 7.225.

Sebelumnya, menurut Analis Riset Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper, investor juga mencermati perkembangan nilai tukar rupiah hari ini. Di pasar global, bursa Amerika terpantau melemah menjelang rilis data nonfarm payrolls bulanan pada Jumat waktu setempat.

Jika Fed mengambil langkah agresif, maka ada risiko resesi. Apalagi, ada potensi harga bahan bakar domestik di AS akan terdampak keputusan OPEC+.

“Konsensus memperkirakan peluang hampir 86 persen kenaikan suku bunga 75 basis poin keempat berturut-turut saat para pembuat kebijakan bertemu pada 1-2 November,” jelas Dennies.

Ia memperkirakan IHSG menguat di kisaran support 7.049 dan 7.023, serta resisten di level 7.118 dan 7.161 berdasarkan analisis teknikal. Saham-saham pilihannya, yakni INDY, UNVR, BMRI, ADRO, ERAA, MEDC, BBCA, dan TKIM.

Related Topics