MARKET

IPO Bisnis Baterai Afiliasi Saratoga Incar Rp9,62 T, untuk Apa?

Untuk bayar utang serta mendukung pembangunan pabrik.

IPO Bisnis Baterai Afiliasi Saratoga Incar Rp9,62 T, untuk Apa?Merdeka Battery Materials. (Fortune Indonesia/Tanayastri Dini)
30 March 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), entitas anak PT Merdeka Copper Tbk (MDKA), akan melaksanakan Initial Public Offering (IPO) yang rencananya berlangsung pada 18 April 2023.

Merdeka Battery Materials menawarkan 11 miliar saham baru atau setara 10,24 persen. Proses bookbuilding atau penawaran awal telah berlangsung sejak Selasa (28/3) sampai dengan 4 April 2023. Harga penawarannya berkisar dari Rp780–Rp795 per saham. Dus, perseroan bisa menghimpun dana maksimal Rp9,62 triliun. 

Setelah bookbuilding, akan ada penawaran umum pada 12–14 April 2023, setelah penjatahan dan distribusi secara elektronik yang masing-masing berlangsung pada 14 dan 17 April.

Adapun, dana IPO itu akan perseroan gunakan untuk melunasi pinjaman sebesar 48,0 persen kepada MDKA dan ING Bank asal Singapura. Modal itu juga akan dipakai untuk pembangunan dan pengembangan sejumlah proyek pemrosesan nikel, seperti: fasilitas HPAL, konverter nikel matte, serta fasilitas produksi asam sulfat lewat proyek acid Iron Metal I (AIM I).

“Dengan IPO ini MBMA akan memastikan rencana strategis perusahaan dapat berjalan maksimal sehingga dapat mengoptimalkan sumber daya kami untuk memenuhi kebutuhan baterai kendaraan bermotor listrik dunia di masa depan,” kata Presiden Direktur MBMA, Devin Ridwan, Kamis (30/3) di acara Due Diligence dan Paparan Publik MBMA, Kamis (30/3).

Adapun, MBMA didukung oleh rentetan raksasa dari segi permodalan, yakni Saratoga, Provident, dan Thohir Group.

Perincian rencana penggunaan dana IPO Merdeka Battery Materials

Berikut ini detail dari rencana penggunaan dana IPO MBMA:

  • 14,0 persen dipinjamkan ke PT Zhao Hui Nickel (ZHN) untuk sebagian kebutuhan belanja modal (8 pesen) smelter RKEF ketiga yang sedang dibangun dan modal kerja untuk pembelian bahan baku utama serta pembantu, biaya listrik, dan biaya karyawan (6 persen).
  • 8,0 persen dipinjamkan ke PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI), selanjutnya akan dipakai untuk membiayai kebutuhan belanja modal dari Proyek Acid Iron Metal I (AIM I). Rencananya mulai produksi di paruh kedua 2023.
  • 5,5 persen dipinjamkan kepada PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) untuk mdal kerja.
  • 5,0 persen untuk mengambil alih hak tagih sebesar US$30 juta yang diberikan oleh MDKA kepada MTI.
  • 1,5 persen untuk modal kerja, di antaranya untuk biaya karyawan, biaya jasa profesional, dan biaya keuangan.
  • Sisanya akan disetor kepada PT Merdeka Industri Mineral (MIN), yang akan dipakai untuk penyetoran modal dan pemberian pinjaman ke PT Sulawesi Industri Parama (SIP), masing-masing 50 persen.

Proyek smelter nikel: HPAL dan RKEF

PT SIP selaku entitas usaha MBMA akan memakai setoran modal dari dana IPO untuk belanja modal terkait pembangunan dua pabrik HPAL dengan total kapasitas 240.000 kilo ton per tahun, yang pembangunannya terbagi menjadi beberapa tahap. Lokasinya di IKIP (Indonesia Konawe Industrial Park).

Pada pabrik pertama, pembangunan dibagi menjadi dua fase. Tahap pertama berkapasitas 60.000 kilo ton per tahun. Menurut Devin, total investasi dari proyek tersebut mencapai US$1,28 miliar. Proyek itu ditargetkan selesai pada 2025. Perseroan bermitra dengan Ningbo Brunp Contemporary Amerex Co. Ltd pada proyek tersebut.

“Di tahap awal kami targetkan sudah kontribusi sekitar 25 persen terhadap EBITDA pada 2025 setelah diangun nanti,” katanya. “Ke depan, karena kami akan terus tingkatkan kapasitas menjadi 240.000 kilo ton, tentu akan jadi kontributor terbesar dibanding proyek hilirisasi nikel yang lain.”

Selanjutnya, pembangunan akan berlanjut ke fase kedua pabrik HPAl pertama di IKIP, dengan kapasitas 60.000 kilo ton per tahun. Sementara itu, pabrik kedua masih dalam tahap negosiasi dengan calon partner.

Lebih lanjut, perseroan juga tengah membangun smelter nikel RKEF (Rotary Kiln Electric Furnace) ketiga, yang diharapkan selesai dan mulai beroperasi pada semester kedua 2023. Kapasitas maksimalnya 50.000 kilo ton per tahun. Sementara itu, dua smelter nikel RKEF yang sudah berjalan menghasilkan total produksi maksimal 38.000 kilo ton per tahun, dengan masing-masing kapasitas 19.000 kilo ton per tahun.

Related Topics