MARKET

Mirae Asset Revisi Proyeksi IHSG Turun Jadi 7.600, Ini Sentimennya

Dari risiko penurunan harga komoditas hingga daya beli.

Mirae Asset Revisi Proyeksi IHSG Turun Jadi 7.600, Ini Sentimennyailustrasi pergerakan saham (unsplash.com/Jason Briscoe)
06 July 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Mirae Asset Sekuritas Indonesia (MASI) merevisi proyeksi target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sekitar 1 persen, dari 7.850 menjadi 7.600 pada semester kedua 2023.

Menurut Senior Research Analyst MASI, Robertus Hardy, target itu direvisi akibat potensi penurunan harga komoditas pada paruh kedua tahun ini. “Harga energi dan logam dasar dapat menghadapi tekanan, namun harga soft commodity dapat menguat jika El Niño datang lebih awal dan berlangsung lama,” katanya dalam riset Outlook Pasar Modal di Semester-II 2023, dikutip Kamis (6/7).

Lebih lanjut, MASI menilai IHSG dengan valuasi 15,5 kali dari proyeksi rasio price to earning (P/E) di 2023. Meski return on equity (ROE) IHSG sebesar 13,2 persen, saat ini IHSG diperdagangkan dengan rasio P/E lebih rendah dari Bursa Malaysia dan Thailand.

Lalu, ada indikasi yang menunjukkan The Fed akan melanjutkan kenaikan suku bunga jadi 5,75 persen, dari posisi 5,25 persen saat ini. Jika itu terjadi, maka bisa memicu aliran modal keluar dari pasar-pasar negara berkembang. Tak terkecuali Indonesia.

Kendati demikian, agresivitas peningkatan suku bunga selama setahun ini berpeluang memperlambat ekonomi dan resesi di AS, sehingga membuka peluang pelonggaran kebijakan moneter The Fed.

Menurut Robert, investor pasar modal tak perlu mengkhawatirkan aliran modal keluar karena investor asing hanya memegang sekitar 15 persen obligasi pemerintah. Kontribusinya juga hanya sekitar 35 persen dari rata-rata nilai perdagangan saham harian. “Dibandingkan dengan 10 tahun lalu saat terjadi kepanikan tapering, yang masing-masing berkisar di 35 persen dan 45 persen,” ujarnya.

Faktor lain yang masih akan mendukung pasar modal di paruh kedua, yakni yield obligasi yang bisa turun di bawah 6 persen jika inflasi mereda, bersamaan dengan suku bunga yang dipertahankan dan kondisi surplus neraca dagang tetap terjaga. Satu lagi: daya beli yang berpotensi tumbuh kuat. “Seiring dengan pencabutan status pandemi,” kata Robert.

Pilihan sektor di semester kedua 2023

Proyeksi pergerakan IHSG. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Di tengah sentimen-sentimen tersebut, produktivitas sejumlah sektor diprediksi dapat meningkat di paruh kedua, seperti logistik, manufaktur, dan otomotif. Itu karena jumlah hari libur yang lebih sedikit.

Lebih lanjut, MASI menambahkan emiten yang memiliki eksposur di bidang ritel dan bidang kesehatan, yakni PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dan PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA).

“Dengan mempertimbangkan teknologi dan meningkatnya permintaan akan perawatan kecantikan dan estetika, akan jadi kabar gembira bagi investor bila sejumlah pemain klinik kesehatan juga bisa memasuki industri khusus ini di masa depan,” ujar Robert.

Emiten lain yang masuk radar MASI, yakni: PT Astra International Tbk (ASII), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN). Hal itu sejalan dengan potensi pertumbuhan penjualan sepeda motor yang kuat, peluang kenaikan volume distribusi bahan bakar dan kimia ke smelter, serta antisipasi pemulihan harga DOC dan broiler seiring dengan instruksi pemusnahan (culling) belum lama ini.

Sektor telekomunikasi juga disoroti, khususnya untuk emiten PT Telkom Indonesia Tbk (Persero) atau TLKM dan PT XL Axiata Tbk (EXCL). “Terutama jika pemain di industri dapat memperkenalkan skema prabayar ke segmen fixed broadband masing-masing, ini terbukti dapat meningkatkan penetrasi dan pertumbuhan pengguna di segmen internet seluler,” jelasnya.

Related Topics