Mendag Ungkap Impor Pangan Indonesia Makin Meningkat

Peningkatan dialami sejumlah komoditas pangan.

Mendag Ungkap Impor Pangan Indonesia Makin Meningkat
ilustrasi komoditas (unsplash.com/Nrd)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, mengatakan pemerintah tengah berupaya mengurangi impor pangan.

Sebab, berdasarkan data yang dia pegang, angka impor komoditas pangan kini semakin meningkat.

Dia lantas membandingkan jumlah impor ketika menjadi anggota DPR pada 2004, dan saat ini ketika menjabat sebagai Menteri Perdagangan.

"Pada 2004, saya anggota DPR kita impor gandum aja 2–3 juta ton, sekarang kita impor gandum 13 juta ton," ujarnya dalam acara Peluncuran Gerakan Pangan Murah Serentak Nasional yang disiarkan secara virtual, Senin (26/6).

Peningkatan juga dialami impor gula pasir, yang telah mencapai 5 juta ton per tahun dibandingkan dengan 1 juta hingga 2 juta ton sebelumnya.

"Dulu impor garam enggak sampai 1 juta, sekarang mungkin 3 juta [ton]," katanya.

Kemudian, impor bawang putih sebelumnya hanya 25.000–30.000 ton pada 2004. Namun, sekarang impor komoditas tersebut mencapai hampir 600.000 ton per tahun.

Kenaikan volume juga terjadi pada sektor buah-buahan seperti kelengkeng dan jeruk. Secara umum, jumlah impor buah kini mencapai hampir 1 juta ton dibandingkan dengan 50.000 ton pada 2004.

"Oleh karena itu, saya minta arahan kepada Bapak Presiden [Joko Widodo] apakah boleh mengendalikan impor," agar produsen dalam negeri bisa diarahkan untuk mendongkrak produksinya, ujarnya.

Zulkifli sempat menyampaikan ingin mengatur tata kelola impor buah.

Indonesia dinilai mempunyai beraneka ragam jenis buah lokal yang perlu dikembangkan demi dapat memperbaiki daya saing buah lokal.

Sebab impor buah Indonesia meningkat

Ketua Komite Tetap Hortikultura Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Karen Tambayong, mengatakan alasan Indonesia bergantung pada buah impor adalah rendahnya produksi buah lokal. Pada 2019, nilai transaksi dari buah impor menyentuh lebih dari Rp21 triliun.

Menurutnya, terdapat lima faktor yang menyebabkan Indonesia tidak dapat menghasilkan lebih banyak buah. 

Pertama, kurangnya hamparan lahan yang luas mengingat Indonesia adalah negara kepulauan.

Kedua, persebaran lahan produsen buah begitu luas, tapi belum memenuhi GAP (good agricultural practices). Akibatnya kualitas buah lokal menjadi tidak seragam.

Ketiga, biaya logistik terlampau tinggi. Itu membuat harga jual buah lokal menjadi kurang berdaya saing dan sulit terserap.

Terakhir, terjadi laju alih fungsi lahan yang cepat. "Alih fungsi lahan menjadi kian tak terkendali, di mana mengancam produksi hasil pertanian dan perkebunan," ujarnya.

Related Topics

MendagImpor Pangan

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Cara Membuat Akun PayPal dengan Mudah, Tanpa Kartu Kredit!
UOB Sediakan Kartu Kredit Khusus Wanita, Miliki Nasabah 70 ribu
Survei BI: Tren Harga Rumah Tapak Masih Naik di Awal 2024
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus tapi Iuran Tetap Beda, Seperti Apa?
IBM Indonesia Ungkap Fungsi WatsonX Bagi Digitalisasi Sektor Keuangan
Saksi Sidang Kasus Korupsi Tol MBZ Sebut Mutu Beton Tak Sesuai SNI