Mentan Bantah Kritik Mahfud MD Soal Pupuk Bersubsidi

Peningkatan subsidi dipicu kenaikan harga bahan baku.

Mentan Bantah Kritik Mahfud MD Soal Pupuk Bersubsidi
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat bertemu rekan media di kantornya, Kementan Jakarta, Jumat (27/10). Eko Wahyudi/FORTUNE Indonesia
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, menanggapi pernyataan Calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 3, Mahfud MD, yang mengkritik besarnya subsidi pupuk dalam acara debat Cawapres (21/1) di tengah tren penurunan jumlah Petani dan luas lahan pertanian. Dia mengatakan peningkatan subsidi pupuk terjadi karena adanya kenaikan harga bahan baku.

"Kami menyayangkan beberapa data tidak di-crosscheck secara detail, yang kami khawatirkan bisa menyebabkan disinformasi di masyarakat," kata Amran pada keterangan resmi yang dikutip Selasa (23/1).

Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), nilai subsidi pupuk turun dari Rp34,1 triliun pada 2019 menjadi Rp25,3 triliun. Volume pupuk subsidi pun susut dari rata-rata sekitar 9 juta ton per tahun menjadi hanya 4,7 juta ton pada tahun ini.

Harga pupuk subsidi per tonnya naik dari sekitar Rp3,78 triliun per 1 juta ton pada 2019 menjadi Rp6,32 triliun per juta ton pada 2024. Amran menjelaskan hal tersebut disebabkan kenaikan harga diamonium fosfat sebesar 76,95 persen dan urea hingga 235,85 persen.

Menurut Amran, peningkatan harga bahan baku pupuk tersebut didorong oleh dua hal, yakni pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina. Perang Rusia-Ukraina membuat ekspor bahan baku yang dipasok Rusia, Ukraina, Cina dibatasi.

Saat ini ketiga negara tersebut adalah pengekspor dua jenis bahan baku pupuk NPK, yakni Fosfor (P), dan Kalium (K) terbesar. Namun, Presiden Joko Widodo telah menambahkan anggaran subsidi pupuk hingga Rp14 triliun karena perekonomian makin pulih dan harga bahan baku pupuk mulai stabil.

Pembelaan Amran terkait jumlah petani

Selain itu, mengenai menyusutnya jumlah petani di Indonesia, Amran mengutip data Sensus Pertanian 2023 yang menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) mampu meningkat 8,74 persen.

Meskipun ada penurunan jumlah Usaha Pertanian Perorangan (UTP) hingga 7,45 persen, Amran mengatakan itu merupakan dampak dari mekanisasi pertanian.

Menurutnya, hal tersebut menunjukkan keberhasilan transformasi pertanian tradisional menjadi pertanian modern. Penggunaan mekanisasi berhasil membuat efisiensi waktu pengolahan lahan hingga 97,4 persen.

“Dulu bertanam butuh 20 orang untuk 1 hektare, kini cukup satu orang selama 5 jam. Begitu pula panen dengan combined harvester cukup 2 orang per hektare selama 4 jam. Ini sangat efisien,” ujarnya.

Ia menyatakan level mekanisasi pertanian nasional telah naik dari 0,5 horse power (HP) pada 2012 per hektare menjadi 2,1 HP per hektare pada 2021. Amran menargetkan angka tersebut naik menjadi 3,5 HP per hektare pada 2024.

Amran menjelaskan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum justru meningkat 35,54 persen secara tahunan. Jumlah petani milenial dengan umur 19-39 tahun naik 21,39 persen menjadi 6,18 juta orang.

"Pemerintah terus mendorong regenerasi petani dan terlihat berbagai program kita memberi dampak positif,” katanya.
 

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Cara dan Sayarat Gadai Sertifikat Tanah di Pegadaian
Ketahui Cara Pecah Sertifikat Tanah Warisan serta Biayanya
Antipasi Kasus Kecelakaan Terulang, Kemenhub Akan Atur Jual-Beli Bus
8 Rekomendasi Smartwatch di Bawah Rp2 Juta, Teknologi Canggih!
BRI Gandeng Tencent dan Hi Cloud Perkuat Kapabilitas Digital
Ekspor Nonmigas April 2024: Logam Mulia Turun, Nikel Naik