Sri Mulyani Ungkap Penyebab Gaji Perempuan Lebih Rendah dari Laki-laki

Bias gender di lingkungan kerja masih terjadi hingga kini.

Sri Mulyani Ungkap Penyebab Gaji Perempuan Lebih Rendah dari Laki-laki
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, saat berbicara dalam Agenda G20, High Level Seminar on Strengthening Global health Architecture, Kamis (17/2). (Tangkapan layar YouTube Kemenkeu)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan masalah kesetaraan gender di lingkungan kerja masih perlu terus didorong agar perempuan mendapatkan apresiasi yang setimpal dengan laki-laki dalam hal pendapatan. Pasalnya, seringkali apresiasi yang diberikan terhadap perempuan dengan kinerja baik di lingkungan kerja atau dunia usaha hanya sebatas pujian. 

"Jadi kalau perempuan melakukan sesuatu karena gendernya, itu dianggap sesuatu pekerjaan yang cute, socially, dia caring, ya sudah seadanya, katanya. Kalau laki-laki langsung dihitung. Cost structure-nya margin berapa dia mendapatkan profit, maka dikasih lah dia bonus, gaji, whatever yang jelas pasti lebih tinggi. Yang perempuan pasti didiskon," ujarnya dalam acara bertajuk Perempuan Tangguh dalam Ekspor Berkelanjutan, yang digelar LPII, Jumat (20/5).

Itu sebabnya, kata dia, wajar jika sebuah riset internasional tentang kesetaraan gender mengungkap adanya kesenjangan pendapatan di mana rata-rata perempuan memperoleh upah 37 persen dari laki-laki.

"Perempuan itu kalau melakukan sesuatu dan bagus, itu apresiasinya 'how cute', tapi dibayarnya tadi 30 persen lebih rendah dari laki-laki. Itu kan tadi statistik yang disampaikan Pak Mahendra Siregar (Wakil Menteri Perdagangan). Itu terjadi, fenomena di seluruh dunia," imbuhnya.

Menurut Sri Mulyani rendahnya kondisi demikian merupakan bias gender yang muncul lantaran pekerjaan yang dilakukan perempuan dianggap hanya sebagai profesi sampingan dari ibu rumah tangga. Pandangan seperti ini merupakan salah satu tantangan besar yang harus diperbaiki.

Untuk itu, isu kesetaraan gender menjadi salah satu dari prioritas isu yang diusung Women 20 (W20) dalam Presidensi G20 di Indonesia. "Ini merupakan angin segar yang baik karena perempuan bukan minta dikasihani, tapi dia melakukan sesuatu harusnya diperlakukan secara adil, jangan cuma disebut karena perempuan how cute dan kemudian didiskon," tuturnya.

Persoalan moral

Ia juga menegaskan bahwa kesetaraan gender bukan masalah perjuangan semata, melainkan masalah moral dalam ekonomi. Ia mengibaratkannya seperti jenis sepatu yang digunakan, di mana jika posisi laki-laki lebih tinggi (menggunakan high heels) dan perempuan lebih rendah (menggunakan flat shoes), keduanya tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.

"Suatu bangsa, negara, ekonomi, perusahaan, rumah tangga, kalau yang laki-laki pakai boots, high heels, yang perempuannya suruh flat shoes pasti nggak enak. Jadi kesamaan gender bukan masalah perjuangan, it is about what we say morally economically correct," tuturnya

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Cara Daftar BRImo Secara Online Tanpa ke Bank, Ini Panduannya
Cara Cek Sertifikat Tanah secara Online, Tak Usah Pergi ke BPN
Jumlah Negara di Dunia Berdasarkan Keanggotaan PBB
Erick Thohir Buka Kemungkinan Bawa Kasus Indofarma ke Jalur Hukum
Daftar Emiten Buyback Saham per Mei 2024, Big Caps!
Pabrik BATA Purwakarta Tutup, Asosiasi: Pasar Domestik Menantang