NEWS

Angkutan Massal Kota Tak Intensif, Negara Bisa Rugi Rp100 T per Tahun

DKI Jakarta bisa jadi contoh intensifikasi angkutan massal.

Angkutan Massal Kota Tak Intensif, Negara Bisa Rugi Rp100 T per TahunMenteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, dalam konferensi pers, Rabu (2/11). (dok. Setkab)
03 November 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pemerintah terus mendorong pengembangan dan pengadaan angkutan perkotaan. Pasalnya, jika angkutan massal secara intensif tak dijalankan, negara bisa mengalami kerugian hingga Rp100 triliun per tahunnya.

“Oleh karena itu, sangat beralasan dilakukan intensifikasi angkutan massal di semua kota. Baik itu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang sudah ada, maupun mengerjakan dan membangun angkutan massal itu sendiri” kata Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, dalam keterangan pers usai rapat terbatas bersama Presiden, Rabu (2/11). .

Dalam upaya mewujudkan moda transportasi massal yang optimal, Presiden memnginginkan terdapat angkutan percontohan, untuk direplikasi di daerah-daerah lainnya. Salah satunya, seperti yang dilakukan di DKI Jakarta.

Jakarta jadi contoh representatif

Suasana Rapat Terbatas Kabinet, Rabu (2/11).
Suasana Rapat Terbatas Kabinet, Rabu (2/11). (Tangkapan layar)

DKI Jakarta adalah salah satu kota yang memang representatif untuk dijadikan contoh bagi kota lainnya. Namun, hal ini memang harus terus diiringi oleh berbagai studi dan penyesuaian dengan kemampuan finansial di setiap daerah.

“Di sini sudah ada MRT [moda raya terpadu], sudah ada LRT (light rail transit), nanti ditambah, nanti ada BRT (bus rapid transit), dan ini menjadi suatu modal bagi Jakarta dan bagi kota-kota yang lain,” kata Menhub.

Merger MITJ dan KCI

Suasana di Stasiun MRT Bundaran HI.
Suasana di Stasiun MRT Bundaran HI. (dok. MRT Jakarta)

Related Topics