NEWS

Riset APEC: Perempuan Pikul Beban Lebih Banyak dan Tidak Proporsional

Mempengaruhi partisipasi perempuan di ekonomi dan sosial.

Riset APEC: Perempuan Pikul Beban Lebih Banyak dan Tidak ProporsionalSeorang ibu bekerja di ladang sambil menggendong anaknya. (Pixabay/StockSnap)
25 March 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Perempuan memikul beban signifikan dan tidak proporsional. Dibandingkan dengan kaum laki-laki, perempuan menanggung pekerjaan rumah dan perawatan yang tidak dibayar, hampir tiga kali lebih banyak.

Hasil ini terungkap dalam laporan penelitianunit pendukung organisasi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di laman resminya, pada Kamis (24/3).

Rata-rata, perempuan di kawasan APEC menghabiskan 4 jam 20 menit setiap hari untuk pekerjaan yang tidak dikompensasikan dengan upah, seperti merawat anak, orang tua, anggota keluarga yang sakit, serta melakukan pekerjaan rumah tangga hingga pekerjaan sukarela di masyarakat.

“Besar dan dampak beban yang dipikul perempuan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi, seperti pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan anak,” ujar Rhea C. Hernando, penulis laporan yang juga peneliti senior APEC Policy Support Unit.

“Misalnya, bagian perempuan dari pekerjaan yang tidak dibayar umumnya berlipat ganda setelah mereka menikah dan memiliki anak.”

Namun, dirinya juga menyadari bahwa fakta tentang beban besar kaum perempuan ini masih perlu lebih didalami dengan menghitung kesetaraan moneternya dalam hal kontribusi terhadap ekonomi.

Dampak jangka panjang dari situasi ini

Ilustrasi perempuan sebagai pemimpin dan ibu rumah tangga. Shutterstock/YAKOBCHUK VIACHESLAV

Seiring nilai uang dari pekerjaan yang tidak dibayar, Hernando berpendapat bahwa menghitung dampak yang lebih luas dan jangka panjang pada perempuan dan anak perempuan juga cukup penting. Contohnya, bagaimana hal itu memengaruhi tingkat pendidikan, serta mendatangkan konsekuensi bagi kesehatan fisik maupun mental.

Untuk itu, pemerintah di tiap negara pun dirasa perlu untuk lebih mengalokasikan sumber daya untuk melakukan survei berdasar pada statistik gender, termasuk soal pekerjaan yang tidak dibayar.

“Bagian yang sulit adalah mengatasi kesenjangan pendanaan, karena hanya 13 persen ekonomi di seluruh dunia dengan anggaran khusus yang didedikasikan untuk statistik gender.”

Saran dan rekomendasi kebijakan

Ilustrasi pemimpin perempuan di perusahaan. Shutterstock/NDAB Creativity

Related Topics