NEWS

Sandiaga Sebut Fenomena Revenge Travel Turun Drastis di 2024

Didukung konflik geopolitik, inflasi, dan lambatnya ekonomi.

Sandiaga Sebut Fenomena Revenge Travel Turun Drastis di 2024Pulau Padar, Labuan Bajo. Shutterstock/Sittichai Wangngam
19 March 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan bahwa fenomena ‘balas dendam’ di sektor pariwisata (Revenge Travel), diperkirakan akan menurun drastis pada 2024.

Penurunan siginifikan ini juga tercermin berdasarkan data Internasionale Tourismus-Borse (ITB) Berlin. “Hal itu juga (berhubungan) isu terkait geopolitik, perlambatan ekonomi, inflasi, dan ada juga ada isu staff shortage,” katanya dalam weekly brief Kemenparekraf, Senin (18/3).

Sandiaga mengatakan, kondisi pariwisata global, baru akan pulih kembali pada 2025. Fenomena revenge travel terjadi karena pemulihan perekonomian, setelah sempat terkena pandemi Covid-19 dan melumpuhkan berbagai sektor.

Peluang tren pariwisata

Meski begitu, tahun ini bisa menjadi momentum kebangkitan seluruh sektor pariwisata. Tren wisata kuliner menjadi aktivitas unggulan, terutama kuliner lokal mencapai 46 persen; 42 persen jalan-jalan dan lihat-lihat; sedangkan sebanyak 40 persen berminat ke daerah wisata pantai.

“Beberapa tren aktivitas dan tour and attraction, Asia semakin berkembang. Mereka akan datang dalam grup kecil, lebih banyak mengarah pada outdoor activity travel localy dan mendapatkan pengalaman yang baik,” kata Sandiaga.

Sementara, dari sisi kebiasaan teknologi, terdapat sebanyak 38 persen wisatawan global yang berencana melakukan perjalanan wisata berkonsep sekali seumur hidup di 2024. “Termasuk untuk kunjungan wisata yang jauh,” ujar Sandiaga.

Digitalisasi

Sandiaga mengatakan, calon wisatawan menjadikan media sosial sebagai inspirasi utama melihat wisata global. Berdasarkan studi, YouTube mendominasi sampai 40 persen, informasi dari mulut ke mulut 35 persen, dan platfrom Instagram berkontribusi hingga 33 persen.

“77 persen wisatawan global melakukan planning, booking, dan dreaming secara digital. Jadi, mereka sekarang terfasilitas dengan digital tourism atau kita sebut digitalisasi yang berdampak pada keputusan wisatawan untuk pergi ke mana,” ujar Sandiaga.

digitalisasi semakin dibutuhkan, seiring ketergantungan masyarakat pada mobile phone. “48 persen wisatawan mencari tiket pesawat di mobile phone, 47 persen wisatawan melakukan perbandingan penerbangan, 40 persen melakukan pemesanan melalui mobile phone, dan 22 persen sudah menggunakan chatbot dalam perencanaan wisata,” katanya.

Related Topics