NEWS

Gunung Anak Krakatau Berstatus Siaga, Apa Dampaknya ke Penyeberangan?

Masyarakat diminta tenang, namun berhati-hati.

Gunung Anak Krakatau Berstatus Siaga, Apa Dampaknya ke Penyeberangan?Anak Krakatau. Shutterstock/Belikova Oksana
25 April 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Aktivitas vulkanik Gunung Api Anak Krakatau (GAK) kembali meningkat, sehingga menjadikan status gunung ini berubah dari Waspada menjadi Siaga. Namun, kondisi ini diperkirakan tak akan menganggu aktivitas penyeberangan dan menganggu perjalanan mudik Lebaran 2022, khususnya di jalur mudik Jawa-Sumatera melalui Selat Sunda.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Hendra Gunawan, mengimbau masyarakat untuk tetap tenang. “Potensi bahaya saat ini adalah jarak dalam radius 5 kilometer pusat GAK, sehingga masyarakat yang ada di luar radius tersebut masih jauh dan relatif aman,” katanya dalam konferensi pers yang diselenggarakan Badan Geologi Kementerian ESDM, Senin (25/4).

Meski demikian, masyarakat diminta tetap hati-hati dan selalu memperbarui informasi terkini dari sumber yang valid dan terpercaya, seperti melalui situs resmi pemantauan aktivitas geologi Kementerian ESDM atau kementerian/lembaga (K/L) terkait lainnya.

Mitigasi bencana yang sudah disiapkan

Tampilan situs Magma Indonesia yang dimiliki Badan geologi Kementerian ESDM.
Tampilan situs Magma Indonesia yang dimiliki Badan geologi Kementerian ESDM. (Tangkapan layar)

Untuk memitigasi dampak peningkatan status GAK, Badan Geologi menyatakan telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak, mulai dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), hingga Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG).

Hendra menyampaikan, pada pekan ini beberapa lembaga tersebut akan melakukan latihan gabungan. “Dengan membuat skenario, baik itu hanya lontaran pijar, sampai yang terburuk, misalkan ada bahaya sekunder dengan peringatan di BMKG,” ujarnya.

Ia berharap, latihan gabungan ini dapat menjadi puncak sinergi dari berbagai pihak yang bertanggung jawab untuk memberi peringatan dini atas kebencanaan yang dapat terjadi. Kemudian, ke depan Badan Geologi juga akan memodernisasi peralatan-peralatan yang digunakan untuk mengamati aktivitas geologi.

“Tim Tanggap darurat dari Badan Geologi juga ada di lokasi bersama petugas pos (di tiap gunung berapi) memantau 24 jam,” kata Hendra.

Bahaya sekunder yang berpotensi terjadi

Ilustrasi ledakan vulkanik gunung berapi.
Ilustrasi ledakan vulkanik gunung berapi. (Pixabay/AllegroSympatico)

Related Topics