Cina Mulai Bangun PLTA Terbesarnya, Picu Gairah Pasar Modal

- Pemerintah China memulai pembangunan PLTA terbesar di dunia di Tibet.
- Proyek ini picu kenaikan harga saham dan imbal hasil obligasi serta mendorong investasi publik.
- Proyek tersebut juga akan memacu pengembangan sumber daya energi matahari dan angin di daerah sekitarnya.
Jakarta, FORTUNE - Pemerintah Cina resmi memulai pembangunan bendungan pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia di wilayah timur Dataran Tinggi Tibet. Proyek raksasa ini dirancang untuk menghasilkan listrik hingga 300 miliar kilowatt-jam per tahun, setara dengan konsumsi tahunan seluruh Inggris
Dilansir dari Reuters Perdana Menteri Cina, Li Qiang mengatakan proyek tersebut merupakan bagian dari upaya stimulus ekonomi nasional dan mendapat sambutan positif dari pasar modal domestik.
"Dimulainya proyek pembangkit listrik tenaga air telah menyebabkan harga saham dan imbal hasil obligasi naik pada hari Senin," demikian tertulis dalam laporan Reuters, Senin (21/7).
Dari perspektif investasi, Wang Zhuo, mitra Shanghai Zhuozhu Investment Management mengungkapkan bahwa proyek pembangkit listrik tenaga air yang sudah matang akan menawarkan dividen seperti obligasi.
Selain itu, proyek raksasa ini bakal memacu permintaan bahan konstruksi dan bangunan seperti semen dan bahan. Hal ini bakal menjadi katalis yang mendorong kinerja emiten konstruksi.
Dalam catatan Reuters, saham Hunan Wuxin Tunnel Intelligent Equipment yang menjual peralatan konstruksi terowongan, dan terdaftar di bursa Beijing mengalami lonjakan hingga 30 persen. Produsen semen Xizang Tianlu Co Ltd, dan Tibet GaoZheng Explosive Co, produsen bahan peledak sipil, masing-masing melonjak hingga 10 persen.
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah mengalami kenaikan pada perdagangan Senin. Obligasi treasury bertenor 30 tahun yang paling aktif diperdagangkan turun ke level terendah dalam lima pekan, seiring interpretasi investor bahwa pembangunan bendungan ini merupakan bagian dari paket stimulus ekonomi yang lebih luas dari pemerintah.
Proyek ini diprediksi bakal mendorong investasi publik dengan tambahan senilai CN¥120 miliar per tahun selama dekade mendatang.
Mega proyek ini dibangun di bagian hilir Sungai Yarlung Zangbo, sehingga memanfaatkan ketinggian air terjun sungai 2.000 meter dalam jarak 50 kilometer. Proyek ini diperkirakan bisa mulai beroperasi sekitar tahun 2030.
Menurut laporan China Daily, dengan memanfaatkan sumber daya tenaga air yang melimpah di Sungai Yarlung Zangbo, proyek tersebut juga akan memacu pengembangan sumber daya energi matahari dan angin di daerah sekitarnya. Sehingga menciptakan basis energi bersih yang menampilkan perpaduan pelengkap antara tenaga air, angin, dan matahari.
"Proyek ini sangat penting dalam memajukan strategi negara untuk mencapai puncak karbon dan netralitas karbon serta mengatasi perubahan iklim global," demikian dikutip dari China Daily, Senin (21/7).
Muncul kekhawatiran terkait potensi dampak lingkungan yang bisa merugikan masyarakat yang bermukim di wilayah hilir sungai.
Merespons hal itu, pemerintah Beijing berdalih bendungan ini akan membantu memenuhi kebutuhan listrik di Tibet dan wilayah Cina lainnya tanpa besar pada pasokan air hilir atau lingkungan.