NEWS

Riset: Pemanasan Global Ancam Kota-kota Besar di Dunia

Paparan panas ekstrem memengaruhi hampir seperempat populasi

Riset: Pemanasan Global Ancam Kota-kota Besar di DuniaIlustrasi pemanasan global. Shutterstock/ParabolStudio
06 October 2021

Jakarta, FORTUNE - Studi yang dirilis di Proceedings of the National Academy of Sciences belum lama ini mengungkap bahwa pemanasan global dan pertumbuhan populasi telah menyebabkan kondisi yang kian ekstrem di kota-kota besar. 

Dilansir dari Daily Sabah pada Rabu (6/10), paparan panas ekstrem ini memengaruhi hampir seperempat populasi dunia dan menimbulkan masalah kesehatan. Penelitian juga menyebut, dalam beberapa dekade terakhir, ratusan juta orang telah pindah dari daerah pedesaan ke kota-kota. Di mana suhu umumnya lebih tinggi karena permukaan seperti aspal yang memerangkap panas dan kurangnya vegetasi.

Bagaimana penelitian ini dilakukan?

Para ilmuwan mempelajari panas dan kelembaban harian maksimum di lebih dari 13.000 kota dari tahun 1983 hingga 2016. Menggunakan apa yang disebut skala "suhu bola bola basah", ukuran yang memperhitungkan panas dan kelembaban, mereka mendefinisikan panas ekstrem sebagai 30 derajat Celcius. Para peneliti kemudian membandingkan data cuaca dengan statistik populasi kota selama periode 33 tahun yang sama.

Mereka menghitung jumlah hari panas ekstrem pada tahun tertentu. Para penulis menemukan bahwa jumlah penduduk kota terpapar panas ekstrem meningkat dari 40 miliar per tahun pada 1983 menjadi 119 miliar pada 2016. 

Cascade Tuholske di Columbia University's Earth Institute, penulis utama studi tersebut, mengatakan kenaikan itu meningkatkan morbiditas dan mortalitas. "Ini berdampak pada kemampuan orang untuk bekerja, dan menghasilkan output ekonomi yang lebih rendah. Ini memperburuk kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya," katanya.

Pertumbuhan populasi menyumbang pemanasan global

Pertumbuhan populasi menyumbang dua pertiga dari lonjakan paparan, dengan suhu pemanasan aktual berkontribusi sepertiga, meskipun proporsinya bervariasi dari kota ke kota. Ibu kota Bangladesh, Dhaka, adalah kota yang paling parah terkena dampak, mengalami peningkatan 575 juta orang-hari panas ekstrem selama periode penelitian.

Hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh populasinya yang melonjak dari sekitar 4 juta pada tahun 1983 menjadi sekitar 22 juta hari ini. Kota-kota besar lainnya yang menunjukkan tren serupa adalah Shanghai, Guangzhou, Yangon, Dubai, Hanoi dan Khartoum serta berbagai kota di Pakistan, India, dan Jazirah Arab.

Kota-kota besar yang mengalami sekitar setengah dari paparan mereka yang disebabkan oleh iklim yang memanas, termasuk Baghdad, Kairo, Kota Kuwait, Lagos, Kolkata, dan Mumbai.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.