NEWS

Efisiensi Bisnis, Rolls-Royce PHK 2.500 Karyawan

Bersiap untuk strategi jangka panjang.

Efisiensi Bisnis, Rolls-Royce PHK 2.500 KaryawanPearl 10X engine/Dok. Rolls-Royce

by Desy Yuliastuti

17 October 2023

Jakarta, FORTUNE - Rolls-Royce akan memangkas hingga 2.500 pekerja di seluruh lini bisnisnya. Dalam laporan The Guardian, Chief Executive Officer (CEO) Rolls Royce, Tufan Erginbilgic, ingin mempercepat upaya perombakan pada perusahaan pembuat mesin jet asal Inggris tersebut dan akan mengungkapkan strategi jangka panjangnya perusahaan. Sebelumnya, ketika industri penerbangan global terpukul akibat pandemi, Rolls-Royce telah memangkas 9.000 pekerja.

Langkah ini telah direncanakan Erginbilgiç selama berbulan-bulan. Sebuah sumber mengatakan, pengumuman efisiensi tersebut akan dilakukan secepatnya atau pada Selasa, 17 Oktober 2023.

Tufan Erginbilgiç mengambil alih Rolls-Royce pada Januari dan sudah langsung bermanuver agar perusahaan tidak semakin tertinggal jauh dari kompetitor. Ia juga pernah membawa konsultan untuk memberi saran di organisasi untuk meningkatkan arus kas dan laba di Rolls-Royce, yang diibaratkannya sebagai "platform yang terbakar". 

Kinerja keuangan Rolls-Royce tercatat meningkat pesat dalam setahun terakhir, terutama berkat pemulihan perjalanan udara global setelah pandemi Covid-19. Di bawah kepemimpinan Erginbilgiç, harga sahamnya telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak awal tahun 2023 – meskipun masih jauh dari harga sebelum pandemi pada 2019.

Menimbang efisiensi bisnis

Pejabat pemerintah diberi pengarahan mengenai rencana PHK terbaru pada Senin malam, sesuai dengan persyaratan undang-undang terkait dengan PHK, menurut Sky News, yang pertama kali melaporkan PHK tersebut.

Erginbilgiç pernah mengatakan, bahwa pengurangan tersebut terutama terjadi pada peran back-office, dibandingkan insinyur yang bekerja secara langsung dengan teknologi.

Rolls-Royce memiliki 42.000 karyawan, dan sekitar setengahnya berada di Inggris. Pekerjaa di Inggris kemungkinan akan terpengaruh, meskipun perusahaan diperkirakan tidak akan mengungkapkan angka pastinya.

Sebagai perusahaan pembuat mesin pesawat komersial terbesar, Rolls Royce memiliki tiga lini bisnis, yakni kedirgantaraan sipil yang membuat mesin jet untuk pesawat penumpang lebih besar seperti Airbus A350, usaha pertahanan pembuatan mesin jet untuk pesawat tempur dan reaktor untuk kapal selam nuklir; dan unit sistem tenaga yang membuat mesin untuk kapal dan generator.

Bisnis sistem tenaga listrik dianggap sangat berisiko. Pada bulan Mei, Erginbilgiç menggambarkannya sebagai “salah urus”. Para analis mengatakan hal ini memiliki biaya yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bagian bisnis lainnya. Dapat dipahami bahwa Erginbilgiç akan fokus pada integrasinya ke seluruh perusahaan.

Erginbilgiç juga berencana memberi informasi terbaru kepada investor bulan depan tentang rencananya untuk Rolls-Royce selama beberapa tahun ke depan. 

Beberapa analis berpendapat bahwa divisi sistem tenaga listrik bisa menjadi kandidat untuk penjualan, tapi upaya untuk lebih mengintegrasikannya ke dalam bisnis lainnya akan memperkecil kemungkinan hal tersebut.

Perusahaan juga akan memberikan target jangka menengah mengenai seberapa cepat mereka mengharapkan peningkatan penjualan dan laba, tetapi tak ada tindakan kala Erginbilgiç sedang meninjau strategi perusahaan. Terkait hal ini, seorang perwakilan Rolls Royce yang berbasis di London mengatakan bahwa perusahaan menolak berkomentar.

Related Topics