NEWS

Hingga 19 Juli 2021, BI Beli Surat Utang Negara Rp124,13 T

Pembelian surat utang oleh BI untuk pembiayaan APBN.

Hingga 19 Juli 2021, BI Beli Surat Utang Negara Rp124,13 Tsource_name
07 August 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) telah membeli surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 124,13 triliun sejak awal tahun hingga 19 Juli 2021. Pembelian bond pemerintah tersebut dilakukan untuk mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (APBN) 2021 di tengah kebutuhan yang meningkat akibat penanganan pandemi Covid-19.

“Setelah pada tahun lalu BI membeli SBN dari pasar perdana untuk APBN 2020 sebesar Rp473,42 triliun, tahun ini hingga 19 Juli pembelian SBN di pasar perdana untuk APBN tercatat total Rp124,13 triliun,” Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (6/8).

Bank sentral melakukan pembelian sekitar Rp3,3 triliun dalam tiga pekan pertama bulan lalu. Sementara pada sepanjang tahun lalu, BI membeli SBN mencapai Rp473,42 triliun. Ini terdiri atas Rp75,86 triliun melalui mekanisme SKB I dan Rp397,56 triliun berdasarkan SKB II.

Sementara di bidang pendalaman pasar uang, BI mengakselerasi, khususnya rupiah dan valas. Ini melalui implementasi electronic trading platform sejak Juli dan pemberian sentral counter party.

Upaya tersebut, kata Perry, difokuskan pada dua produk utama. Semuanya adalah transaksi repo dan domestik non-delivery forward. Pengembangan repo diharapkan membuat lebih likuid, efisien, dan juga penurunan suku bunga yield SBN jangka panjang semakin turun lebih dekat dengan suku bunga jangka pendek.

Selain pembelian SBN, BI juga melonnggarkan kebijakan moneter atau quantitative easing untuk membantu likuiditas perbankan mencapai Rp 101,1 triliun. Sementara itu, total quantitative easing yang digelontorkan sejak awal pandemi mencapai Rp 833,9 triliun atau setara 5,4 persen terhadap PDB.

Kepemilikan BI terhadap SBN hingga akhir Juli lalu tercatat sebesar 23 persen. Porsinya melonjak dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 yang hanya mencapai 9,9 persen. Sementara porsi kepemilikan SBN terbesar saat ini digenggam oleh perbankan mencapai 25,28 persen, naik dari 24,6 persen.

Related Topics