NEWS

PMI Manufaktur Naik ke 54,2, Menperin Desak Gas Murah Semua Industri

Ada efek berantai kebijakan HGBT untuk industri.

PMI Manufaktur Naik ke 54,2, Menperin Desak Gas Murah Semua Industriilustrasi kawasan industri (unsplash.com/Maksym Kaharlytskyi)
by
02 April 2024

Fortune Recap

  • PMI Manufaktur Indonesia naik 1,5 poin ke level 54,2 pada Maret 2024, menunjukkan fase ekspansi industri manufaktur dalam negeri.
  • Kebijakan harga gas bumi tertentu (HGBT) memberikan dampak positif, seperti kenaikan pajak industri pengguna HGBT dan peningkatan investasi Rp41 triliun.
  • 140 perusahaan direkomendasikan mendapat HGBT, namun belum ditetapkan. 
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pertumbuhan industri manufaktur Indonesia pada Maret 2024 melesat. Hal itu terlihat dari data Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global.

Indeks PMI Manufaktur Indonesia pada Maret lalu naik 1,5 poin ke level 54,2 dibandingkan dengan posisi Februari yang tercatat pada 52,7. Ini artinya industri manufaktur dalam negeri mengalami fase ekspansi (indeks di atas 50).

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan untuk meningkatkan performa sektor industri manufaktur, perlu dukungan kebijakan yang strategis, seperti pemberlakuan gas murah atau harga gas bumi tertentu (HGBT) untuk semua sektor industri.

“Apabila semua sektor industri bisa mendapat harga gas yang kompetitif, tentu akan memberikan multiplier effect bagi perekonomian nasional serta mendongkrak daya saing produk industri kita. Kami juga optimistis PMI Manufaktur Indonesia bisa lebih tinggi lagi jika program HGBT berjalan dengan baik dan diakses semua industri,” kata dia dalam keterangannya yang dikutip Selasa (2/4).

Berdasarkan data yang dirangkum Kemenperin, kebijakan HGBT memberikan manfaat kepada pelaku usaha. Pada 2023, kenaikan pajak dari industri pengguna HGBT mencapai 32 persen dibandingkan dengan 2019. Selain itu, sampai dengan 2023, realisasi investasi mencapai Rp41 triliun atau naik 34 persen dibandingkan dengan 2019.

Selanjutnya, terdapat potensi investasi pada sektor petrokimia, baja, keramik, dan kaca sebesar Rp225 triliun.

Dampak positif lainnya, dalam kurun 2020–2023 terjadi peningkatan ekspor Rp84,98 triliun, peningkatan penerimaan pajak Rp27,81 triliun, peningkatan investasi Rp31,06 triliun, dan penurunan subsidi pupuk Rp13,3 triliun.

“Yang harus menjadi pertimbangan adalah bahwa HGBT telah mampu meningkatkan pendapatan APBN. Setiap pengeluaran sebesar Rp1 mampu memberikan pendapatan pengganti bagi negara sebesar Rp3,” kata Agus.

Related Topics