NEWS

Progres MRT Jakarta Rute Mangga Besar-Glodok-Kota Capai 42,9 Persen

Nilai proyek rute ini mencapai Rp3,8 triliun.

Progres MRT Jakarta Rute Mangga Besar-Glodok-Kota Capai 42,9 PersenSeorang pengunjung melihat gambaran proyek MRT Jakarta Fase 2A di Galeri MRT Jakarta, Selasa (9/1). ANTARA FOTO/Rina Nur Anggraini
by
10 January 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT Hutama Karya (Persero) menyebutkan progres proyek Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta Fase 2A CP 203 rute Mangga Besar-Glodok-Kota di Jakarta sepanjang 1,44 kilometer pada awal 2024 telah mencapai 42,97 persen.

Proyek senilai Rp3,8 triliun itu berfokus pada pengerjaan stasiun bawah tanah pada jalur Glodok dan Kota dengan luas 52,196 meter persegi serta terowongan sepanjang 684 meter x 2 yang dimulai sejak September 2021 ditargetkan rampung pada April 2027.

“Pembangunan ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berjalan dengan progres signifikan dari rencana awal,” kata Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya, Tjahjo Purnomo, dalam keterangan yang dikutip Rabu (10/1).

Dalam proyek yang digarap melalui kerja sama operasi (KSO) antara Sumitomo Mitsui Construction Company Jakarta (SMCC) dan Hutama Karya (SMCC-HK) ini, pekerjaan yang dilakukan antara lain menggarap desain maupun bangunan yaitu D-Wall (dinding penahan tanah), penggalian, struktur, MEP (Mechanical, Electrical and Plumbing), arsitektur, reinstatement serta bored tunnel sepanjang 1,368 kilometer.

Tjahjo menjelaskan pekerjaan yang sudah selesai hingga saat ini pada stasiun Glodok adalah membangun D-Wall, penggalian serta struktur dengan menyisakan pengerjaan MEP dan arsitektur. Sedangkan pada Stasiun Kota, pekerjaan yang telah selesai adalah membangun D-Wall serta untuk penggalian, struktur, MEP maupun arsitektur masih dalam proses penyelesaian.

Dia juga mengatakan bahwa sejumlah tantangan yang cukup signifikan dihadapi KSO SMCC-HK adalah penemuan objek yang diduga merupakan cagar budaya pada saat proses konstruksi, serta lokasi proyek yang sempit dan berdekatan dengan bangunan cagar budaya maupun milik perorangan, sehingga perlu penanganan khusus.

“Tim di lapangan telah menyiapkan strategi penanganan dengan berkoordinasi kepada para ahli di bidang arkeologi untuk menangani benda cagar budaya tersebut serta menjalin kerja sama dengan tim ahli bangunan gedung (TABG), agar proses pengerjaan tidak berdampak pada bangunan lain di sekitar lokasi proyek,” ujar Tjahjo.

Menggunakan teknologi Jepang untuk percepatan

Dalam upaya percepatannya, Tjahjo mengatakan Hutama Karya menerapkan menggunakan alat-alat berteknologi Jepang khususnya dengan mesin pengebor terowongan.

Selain itu, dilakukan pula pengadaan sumber daya khusus untuk mengerjakan proyek terowongan, mempercepat proses fabrikasi, serta mengubah tahapan konstruksi.

“Proyek ini nantinya dapat dimanfaatkan bukan hanya untuk memberikan alternatif transportasi yang efisien, mengurangi kemacetan dan meningkatkan mobilitas masyarakat, namun juga memajukan potensi wisata budaya karena berada di kawasan Jakarta Kota,” ujar Tjahjo.

Related Topics