NEWS

Cina Terapkan Lagi Bea Masuk Batu Bara ke Rusia dkk, RI Bisa Untung

Indonesia bebas bea masuk karena FTA sejak 2015.

Cina Terapkan Lagi Bea Masuk Batu Bara ke Rusia dkk, RI Bisa Untungdok. PT RMK Energy Tbk
03 January 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pemerintah Cina kembali menerapkan kebijakan Pungutan Impor (import levy) untuk Batu Bara yang berasal dari Rusia, Mongolia, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat (AS).

Kebijakan tersebut berupa pengenaan tarif 6 persen untuk batu bara termal dan 3 persen untuk batu bara kokas, dan akan berlaku efektif awal tahun ini setelah pemerintah Cina menghapusnya pada Mei 2022 pasca perang Rusia-Ukraina. 

Bloomberg melaporkan bahwa aturan tarif bea masuk tersebut diterapkan untuk melindungi perusahaan pertambangan Cina dari konsekuensi kelebihan pasokan setelah produksi domestik juga mencapai rekor tertinggi sepanjang masa.

Rusia merupakan pengirim kedua terbesar batu bara ke Cina sejak 2022, dan kedua negara itu memiliki tujuan jangka panjang demi mencapai pasokan tahunan 100 juta ton—sebuah angka yang kemungkinan akan tercapai pada 2023 setelah impor Desember dihitung. 

Namun demikian, kebijakan ini akan berimbas negatif pada batu bara Rusia.

"Tidak ada negara lain yang dapat menerima pasokan sebesar ini," kata Su Huipeng, seorang analis dengan Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara Cina, seperti dikutip Bloomberg. "Eksportir harus memangkas harga dan menyerap biaya pajak tambahan."

Sebaliknya, Direktur Eksekutif Asosiasi Penambang Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra SIanida mengatakan hal tersebut akan menguntungkan posisi Indonesia dan Australia yang hingga saat ini masih berupaya memulihkan penjualannya di Negeri Tirai Bambu. Apalagi, batu bara Indonesia dan Australia tetap mendapatkan bebas pungutan karena pakta perdagangan bebas.

"Setahu saya Indonesia dikecualikan dari kebijakan bea masuk batu bara tersebut karena ASEAN sudah punya Free Trade Agreement (FTA) dengan China yang resmi berlaku di Januari 2015," ujarnya kepada Fortune Indonesia (2/1).

Batu bara Indonesia diminati Tiongkok

Permintaan impor batu bara di Tiongkok diperkirakan terus menguat pada 2024 dan 2025. Semakin menguatnya Consumer Price Index (CPI) Tiongkok menjadi salah satu indikator bahwa pembangunan industrialisasi di negara tersebut akan lebih bagus tahun ini.

Meskipun output batubara lokal terus meningkat, dengan prediksi kelebihan 4,3 miliar ton pada 2023, impor batubara termal terutama dari Indonesia juga mengalami peningkatan. Menurut Hendra, batu bara indonesia sangat diminati oleh importir di Tiongkok, baik karena kualitasnya (rendah sulphur) maupun harganya.

"Ekspor kita ke Tiongkok tahun lalu juga tinggi dan diperkirakan lebih dari 50 persen impor batu bara termal Tiongkok itu dari Indonesia," ujar Hendra.

Pengiriman batu bara Rusia yang kurang kompetitif dibandingkan dengan negara lain membuat penjualan batu bara bulanan ke Cina dalam beberapa bulan belakangan menurun sejak mencapai puncak lebih dari 10 juta ton pada Juni 2023. Di sisi lain, Moskow juga memberlakukan pajak pada penjualan luar negeri untuk membantunya membiayai perang. 

Cina memiliki cukup batu bara termal, tapi umumnya kekurangan jenis yang diperlukan untuk pembuatan baja, yang seharusnya membantu membatasi dampak tarif pada impor tersebut. Batu bara dari negara lain yang tidak menikmati status seperti FTA akan dikenai pajak 20 persen.

Related Topics