NEWS

Jokowi: Smelter Grade Aluminium Mempawah Rampung Juni 2024

Smelter mempawah beroperasi penuh awal 2025.

Jokowi: Smelter Grade Aluminium Mempawah Rampung Juni 2024Presiden Joko Widodo (kanan) menyalami sejumlah pekerja saat peninjauan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Phase 1 di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Rabu (20/3/2024). (ANTARA FOTO: Jessica Wuysang)
21 March 2024

Fortune Recap

  • Presiden Joko Widodo memastikan proyek smelter grade aluminium refinery (SGAR) di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat akan rampung pada Juni 2024.
  • Produk olahan smelter akan dibawa ke Kuala Tanjung untuk diolah di pabrik aluminium, menjadi substitusi impor sehingga devisa tidak keluar.
  • Proyek SGAR Mempawah bertujuan menyatukan rantai pasok antara sumber bijih bauksit dengan fasilitas peleburan aluminium dan diperkirakan mencapai investasi US$1,7 miliar.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Presiden Joko Widodo memastikan proyek Smelter grade aluminium refinery (SGAR) di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, akan rampung pada Juni 2024.

Usai meninjau progres konstruksi fasilitas tersebut, Rabu (20/3), dia menyampaikan bahwa operasional smelter akan dimulai bertahap pada awal 2025.

Pembangunan smelter grade alumina oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam)—melalui PT Borneo Alumina Indonesia (BAI)—tersebut merupakan bagian penting dari strategi hilirisasi komoditas minerba Indonesia.

Terlebih, kebutuhan bahan baku pembuatan aluminium di Indonesia cukup tinggi dan sebagian besarnya masih dipenuhi dari impor.

"Ini yang seiring saya sampaikan, hilirisasi. Setelah nikel, ini yang minerba ya, setelah (smelter) nikel sudah, beberapa masih berjalan, Kemudian kita masuk ke bauksit. Nah di sini yang bauksit. Karena bijih bauksit paling banyak tuh memang di provinsi Kalimantan Barat. Kenapa ini harus dibangun? Karena kebutuhan kita gede, dan separuh dari kebutuhan itu kita masih impor," ujarnya seperti disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (21/3).

Setelah smelter grede alumina PT BAI tersebut selesai, produk olahannya akan dibawa ke Kuala Tanjung, untuk diolah di pabrik aluminium.

"Saya kira ini akan menjadi substitusi impor sehingga devisa kita tidak keluar. Bisa menghasilkan devisa lebih banyak lagi," katanya.

Indonesia tertantang untuk mengintegrasikan produk-produk olahan smelter di Indonesia menjadi barang jadi, khususnya kendaraan listrik. Menurutnya, menyelaraskan industri pengelolaan minerba merupakan tugas besar mengingat ada banyak smelter yang telah selesai dibangun.

"Nikelnya jadi, disiapkan tidak hanya untuk stainless steel saja, tetapi juga untuk baterai EV. Kalau baterai EV selesai, tembaga nanti yang di Gresik bulan Mei juga selesai. Kalau semua itu terintegrasi komponen yang ada di EV semuanya ada di dalam negeri dari hulu ke hilir semua dikerjakan dengan bahan-bahan yang kita miliki," ujarnya.

Jika seluruh industri antara tersebut telah terintegrasi, proses industrialisasi akan menjadi lebih efisien sehingga daya saing Indonesia akan lebih meningkat.

"Ini adalah pekerjaan besar, ekosistem besar yang mau kita bangun ini. Body-nya dari alumunium. Baterai EV dari nikel. Tembaganya untuk kabel dan lain-lain jadi satu terintegrasi itu yang kita harapkan sehingga semuanya efisien, barangnya kompetitif bisa bersaing dengan negara-negara lain. Goal-nya ke sana," katanya.

Nilai investasi 

Proyek SGAR telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) sejak Desember 2023.

Corporate Secretary Inalum, Mahyaruddin Ende, berharap semua berjalan sesuai rencana dan mendapatkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan agar hilirisasi bauksit-aluminium bisa terwujud. 

“Inalum optimistis SGAR Mempawah bisa beroperasi antara semester II 2024 dan mencapai kapasitas produksi penuh (full capacity) pada 2025,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip Jumat (16/2).

Proyek ini bertujuan untuk menyatukan rantai pasok antara sumber bijih bauksit di Kalimantan Barat dengan fasilitas peleburan aluminium. Setelah beroperasi, pabrik ini direncanakan dapat menghasilkan 1 juta ton alumina per tahun dengan memanfaatkan sekitar 3,3 juta ton bijih bauksit sebagai bahan baku setiap tahunnya.

Investasi total untuk proyek yang terbagi dalam dua fase ini diperkirakan mencapai US$1,7 miliar.

Dengan adanya pabrik ini, proses pengolahan bauksit menjadi alumina dapat dilakukan di dalam negeri, mengurangi biaya operasional yang biasanya terjadi saat mengirim bahan baku ke luar negeri.

Alumina merupakan bahan pokok dalam produksi berbagai macam produk aluminium, seperti alloy, bollet, batangan, keramik, dan produk konsumen lainnya.

Proyek ini juga diharapkan dapat memberikan peluang kerja bagi lebih dari 1.000 orang.

Selain mengembangkan pabrik pengolahan alumina di Mempawah, Inalum juga sedang melakukan berbagai aksi korporasi lainnya, termasuk proyek peningkatan teknologi tungku reduksi pada 2023, optimalisasi smelter Kuala Tanjung untuk meningkatkan kapasitas produksi pada 2024-2025, dan proyek diversifikasi aluminium remelt IAA.

Related Topics