NEWS

Krisis Batu Bara PLN: 17 PLTU Bisa Padam, 10 Juta Pelanggan Terdampak

Larangan ekspor batu bara mulai pulihkan pasokan PLN.

Krisis Batu Bara PLN: 17 PLTU Bisa Padam, 10 Juta Pelanggan TerdampakANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
05 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kebijakan larangan ekspor batu bara yang diambil pemerintah membuahkan hasil. Pasalnya, per hari ini (5/1), pasokan batu bara tambahan yang telah diamankan PLN meningkat signifikan menjadi 13,7 juta ton dari hari sebelumnya yang sebesar 7,5 juta ton. Meski demikian, kondisi itu tak serta merta membuat ancaman krisis listrik di Indonesia lewat. Sebab masih ada 12,5 juta ton dari total 20 juta ton kebutuhan tambahan pasokan yang belum terpenuhi. 

"Arahan Bapak Presiden sudah sangat jelas, bahwa tidak akan ada pemadaman dalam skala apapun. Maka untuk jangka pendek strategi PLN adalah upaya menghindari pemadaman. PLN harus memastikan 20 juta MT (metrik ton) batu bara untuk membuat ketersediaan pembangkit listrik dalam kondisi aman," kata Dirut PLN Darmawan Prasodjo dalam keterangan resminya.

Sebagai catatan, pasokan sebanyak 20 juta ton merupakan kebutuhan minimal untuk memenuhi 20 hari operasi sepanjang Januari.  Jumlah itu terdiri dari 10,7 juta ton dari kontrak eksisting dan 9,3 juta ton tambahan untuk meningkatkan ketersediaan batu bara ke level aman.

Adapun total kontrak 13,9 juta ton batu bara yang telah diamankan hingga hari ini terdiri dari 10,7 juta MT kontrak eksisting PLN dan IPP, dan 3,2 juta ton kontrak tambahan. Tambahan pasokan ini akan masuk ke pembangkit PLN secara bertahap. Perseroan pun terus meningkatkan kecepatan dan efektivitas bongkar muat kapal pengangkut batu bara.

"Upaya kami salah satunya adalah memaksimalkan batu bara yang awalnya akan diekspor bisa dikirim ke pembangkit PLN," ungkap Darmawan.

Darmawan mengungkapkan, solusi permanen dan jangka panjang terkait pasokan energi primer PLN sangat dibutuhkan demi keandalan pasokan listrik ke masyarakat dan ketahanan energi nasional. PLN akan bekerja keras, efektif dan efisien dalam menjaga pasokan energi primer pembangkit.

Sebagai langkah antisipasi ke depan, PLN akan melakukan kontrak jangka panjang dan perikatan volume dengan swing 20 persen. Sementara harga batu bara tetap akan mengacu pada regulasi pemerintah dengan skema kirim Cost, Insurance and Freight (CIF/beli batu bara dengan harga sampai di tempat) atau skema Free on Board (FOB/beli batu bara di lokasi tambang).

Di tengah pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi Covid-19, pasokan listrik yang andal sangat dibutuhkan. Untuk itu, PLN akan memastikan bahwa listrik tidak padam dengan memprioritaskan penyaluran batu bara bagi pembangkit-pembangkit listrik (PLTU) dengan level Hari Operasi-nya (HOP) rendah.

Gambaran Krisis

PLN sendiri sebenarnya telah melakukan pengamanan melalui balancing dan redistribusi pasokan batu bara antara pembangkit. Namun jumlah tersebut tak dapat memenuhi kebutuhan tiap PLTU yang ada. 

Proyeksi perusahaan setrum tersebut, tanpa adanya penambahan penugasan 5,1 juta ton pasokan batu bara ke PLN, krisis listrik akan terjadi mulai hari ini (5/1) baik di sistem kelistrikan Jawa, Madura, Bali (Jamali) maupun luar Jamali.

Ini adalah krisis nasional yang dapat terjadi di seluruh regional dengan total daya padam lebih dari 10 ribu Megawatt (MW)--kurang lebih setara dengan 10 juta pelanggan--dan berlangsung sampai pasokan batu bara pulih. Lebih dari itu, krisis listrik tersebut akan berdampak pada krisis ekonomi, sosial dan bahkan berdampak pada krisis politik.

Adapun pembangkit yang akan padam terlebih dahulu jika pasokan tersebut tak terpenuhi adalah PLTU Jawa 7 (IPP) dengan kapasitas terpasang 2x991 MW, PLTU Cilacap 3 (IPP) berdaya 1x614 MW, PLTU Punagaya berdaya 2x100 MW, PLTU Jeneponto Eksisting (IPP) berdaya 2x100 MW, PLTU Jeneponto Ekspansi (IPP) 2x125 MW, PLTU LED 2x25 MW, dan PLTU Mamuju 2x25 MW.

Kemudian, pada 6 Januari, PLTU Jeranjang dengan kapasitas 2x25 MW juga akan padam, disusul PLTU Labuan 2x300 MW, PLTU Suralaya 8 1x625 MW, PLTU Teluk Sirih 2x100 MW dan PLTU Sebalang 2x100 MW yang padam sehari setelahnya.

Selanjutnya, pada 8 Januari akan ada dua PLTU yang padam yakni PLTU Suralaya 1-7 dengan kapasitas 4x400 MW & 3x500 MW, serta PLTU Pangkalan Susu 3-4 berdaya 2x200. Lalu, pada 9 Januari PLTU Cilacap 4 (IPP) berdaya 1x945 MW juga akan padam, disusul dua PLTU lain pada 10 Januari yakni PLTU Paiton 9 berdaya 1x660 MW dan PLTU Pangkalan Susu 1-2 berdaya 2x200 MW.

"Pengiriman dan pembongkaran batu bara yang dilakukan PLN, telah dilakukan dengan cepat, efisien, dan efektif demi memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Namun, kami (PLN) menegaskan bahwa masa kritis ini belum terlewati," tegas EVP Komunikasi Korporat dan TJSL PLN Agung Murfidi.

Related Topics