NEWS

Neraca Dagang Indonesia Surplus US$3,38 Miliar di Februari 2022

Nilai impor Indonesia kembali turun.

Neraca Dagang Indonesia Surplus US$3,38 Miliar di Februari 2022Kepala BPS, Margo Yuwono. (dok. Badan Pusat Statistik)
15 March 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2022 tercatat surplus sebesar US$3,38 miliar secara bulanan (month to month/mtm). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus berasal dari nilai ekspor sebesar US$22,03 miliar dan impor sebesar US$17,23 miliar.

"Tren surplus ini terjadi 22 bulan terakhir secara beruntun, harapan kami semua semoga tren surplus terjaga di masa selanjutnya, sehingga pemulihan ekonomi bisa berlangsung lebih cepat," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Selasa (15/3).

Margo menjelaskan nilai ekspor Indonesia naik 6,73 mt. dan 34,14 persen secara tahunan (year on year/yoy). Sementara ekspor Indonesia sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) mencapai US$39,64 miliar atau naik 29 persen dari periode sama tahun sebelumnya sebesar US$30,55 miliar.

Lebih terperinci, kinerja ekspor ditopang sektor minyak dan gas (migas) yang mencapai US$990 juta atau 10,39 persen dibandingkan pada bulan sebelumnya US$900 juta. Sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$19,47 miliar atau naik 6,55 persen dari Januari 2022 sebesar US$18,27 miliar.

Impor kembali turun

Untuk nilai impor, BPS mencatat terjadi penurunan 8,64 persen secara bulanan dari US$18,21 miliar pada Januari 2022 menjadi US$16,64 miliar pada Februari 2022. Sementara secara tahunan, nilai impor naik 25,43 persen dari US$13,26 miliar pada Januari 2022.

Secara ytd, impor Januari-Februari 2022 mencapai US$34,85 miliar, naik 31,04 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$26,59 miliar.

Secara terperinci, impor sektor migas sebesar US$2,9 miliar, naik 30,19 persen dari US$2,23 miliar pada bulan sebelumnya. Sementara impor nonmigas senilai US$13,74 miliar atau turun 14,05 persen dari sebelumnya US$15,98 miliar.

Penurunan impor non migas, kata Margo, terjadi pada hampir seluruh jenis barang. Impor bahan baku atau penolong turun 7,22 persen mtm menjadi US$12,83 miliar.

Kemudian, barang modal turun 7,03 persen mtm menjadi US$2,6 miliar dan impor barang konsumsi turun sebesar 23,85 persen mtm menjadi US$1,2 miliar.

"Farmasi di antaranya yang menyumbang penurunan impor barang konsumsi," imbuh Margo.

Related Topics