NEWS

Ramai-ramai Ngeluh Kena "Palak" Bea Cukai

Juara kontes nyanyi sampai pengembang gim keluhkan DJBC.

Ramai-ramai Ngeluh Kena "Palak" Bea CukaiANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

by Hendra Friana

24 March 2023

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) kembali menjadi sorotan di media sosial. Kali ini, kegeraman warganet bersumber dari penanganan dan pengenaan bea masuk atas barang yang dibawa/dikirim dari luar negeri.

Salah satunya Fatimah Zahratunnisa, seorang warga negara Indonesia (WNI) yang pernah menang kontes menyanyi di salah satu stasiun televisi Jepang pada 2015.

Delapan tahun silam, ungkapnya melalui akun Twitter @zahratunnisaf, Fatimah dijegal Bea Cukai ketika hendak menerima piala yang dikirimkan panitia kepadanya. Ia mengaku ditagih pajak Rp4 juta untuk menerima piala tersebut. Padahal, kata dia, hanya itulah hadiah satu-satunya dari lomba tersebut. "Menang lomba kok nombok," demikian keluhnya di akun tersebut, dikutip Jumat (24/3).

Namun, bukan hal tersebut yang membuatnya emosi. Sebab, dengan berbagai usaha, ia akhirnya bisa melalui prosedur berbelit dan membuktikan bahwa piala tersebut adalah hadiah—sehingga tidak kena pajak atau bea masuk.

Kegeramannya terpantik lantaran pertanyaan seorang petugas yang seolah-olah ingin menarik pungutan liar (pungli).

"Tapi, ya, meskipun mereka akhirnya percaya aku menang lomba, masih ditanya lagi, “kamu ada uang berapa sekarang? Bisa bayar berapa?” WAH KACAU EMOSI BGT hadiah sendiri masa disuruh bayar?!" demikian tulisnya dalam sebuah utas.

Kementerian Keuangan pun buka suara soal kejadian ini. Staf Khusus Menteri Keuangan, Yustinus Prastowo, lewat unggahan Twitter meminta maaf dan mengaku menyesal dengan pengalaman yang diterima Fatimah. Melalui akun itu Yustinus mengatakan jajaran Kemenkeu ke depannya akan berkomitmen melakukan perbaikan pelayanan Bea Cukai.

Developer Gim kena jegal

Bukan hanya Fatimah yang merasa dijegal dan kena palak Bea Cukai. Hal serupa juga dialami Kris Antoni, Founder sekaligus CEO Toge Productions—developer dan publisher video gim asal Indonesia. 

Pada 2013 Toge Productions memenangkan penghargaan Flash Game Summit di San Francisco, Amerika Serikat. Namun, karena tidak dapat pergi untuk menjemput hadiah tersebut, panitia mengirimkannya ke Indonesia. Namun, setelah sampai, piala tersebut dikenai pajak dan bea masuk lebih dari Rp1 juta.

Selain itu, dia juga pernah kena jegal bea cukai ketika membawa DevKit Nintendo Switch yang dibawanya dari Singapura. DevKit merupakan hardware yang bisa dipakai oleh developer untuk menciptakan game platform konsol terkait. 

Saat itu Toge Production adalah satu-satunya developer lokal yang mendapatkan kesempatan mengembangkan gim untuk Nintendo Switch. Namun, oleh Bea Cukai, Devkit itu ditahan lantaran ia dianggap ingin memperdagangkan barang tersebut.

"Tanpa alat Devkit itu, mungkin game-game Indonesia kayak A Space for the Unbound enggak bakal ada di console. Devkit itu teknologi proprietary yang tidak bisa direplikasi di Indonesia. Kalau Indonesia mau maju, tech kayak gini harus dipermudah aksesnya. Ini malah dihambat negara sendiri," tulisnya melalui akun @kerissakti.

Koper diacak-acak petugas Bea Cukai

Alissa Wahid, putri almarhum Presiden Gus Dur, turut menyampaikan kekesalannya kepada petugas Bea Cukai, khususnya di Bandara Internasional Soekarno Hatta.

Ia bercerita, suatu ketika sepulang dari konferensi pers di Taiwan, dia diarahkan menuju meja pemeriksaan oleh petugas. Di sana, dia diberondong dengan berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan tempat kerja, berapa lama sudah bekerja, hingga apa saja yang dia bawa di dalam koper.

Menurutnya tindakan tersebut intimidatif dan tidak seharusnya dilakukan petugas Bea Cukai. Sebab, ia merasa seperti diinterogasi padahal ia hanya bepergian selama tiga hari. 

"Petugas: "sering ya ke luar negeri?" Saya: "ya. Bisa lihat di paspor, mbak." Dia buka-buka paspor.  Petugas: "kok sering ke luar. Kerja apa?" Saya: "LSM" Petugas menengok, tampangnya agak kecut, lalu kembalikan paspor: "Silakan". Saya beberes koper yg udah dia aduk-aduk." demikian tulis Alissa Wahid.