NEWS

Senator dan Bisnis Batu Bara di Balik Meningkatnya Emisi di AS

Senator Joe Manchin punya catatan panjang menolak UU Iklim.

Senator dan Bisnis Batu Bara di Balik Meningkatnya Emisi di ASEmisi CO2. (Pixabay/Pixource)
11 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Gagalnya rencana Build Back Better oleh Presiden Joe Biden untuk inisiatif energi terbarukan dan bersih membuat pembangkit listrik batu bara di Amreika Serikat (AS) kembali tumbuh di tahun lalu. Rencana yang akan menghabiskan U$555 miliar itu dihentikan senator asal West Virginia, Joe Manchin yang memiliki saham US$1 juta hingga US$5 juta di bisnis batu bara milik keluarga.

Rhodium Group, sebuah perusahaan riset independen, mencatat bisnis pembangkitan batu bara melonjak 17 persen sepanjang 2021. Ini menandai peningkatan tahunan pertama PLTU di  AS sejak 2014, dan menandakan peralihan kembali ke batu bara dari sumber energi yang lebih bersih untuk menghasilkan listrik. Padahal, kenaikan batu bara berkontribusi signifikan terhadap kenaikan 6,2 persen emisi gas rumah kaca AS dari semua sumber emisi di tahun lalu.

Peningkatan emisi akibat pembangkitan batu bara, yang disebabkan oleh harga minyak dan gas alam yang lebih tinggi, juga merintangi upaya pemerintahan Biden uuntuk mencapai target penurunan emisi hingga 50 persen dari posisi 2005 pada tahun 2030. Menurut Rhodium, emisi AS hanya akan menjadi 17,4 persen. di bawah level 2005, akibat kenaikan emisi di tahun lalu.

Mengurangi gas rumah kaca secara substansial, kata para ilmuwan iklim terkemuka, diperlukan untuk menghentikan suhu rata-rata bumi dari pemanasan 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri. Pemanasan seperti itu—suhu rata-rata sudah naik 1,1 derajat—dapat menimbulkan bencana dan perubahan permanen pada lingkungan planet ini.

Seperti dilansir Fortune. tanpa adanya perubahan kebijakan energi yang diuraikan dalam rencana Biden's Build Back Better, AS dapat dipastikan akan gagal mencapai tujuan iklimnya. Namun RUU itu telah diblokir oleh Manchin, yang mengatakan dia “tidak dapat memilih” paket belanja iklim dan sosial senilai US$2 triliun yang ditawarkan Biden tersebut.

Demokrat, dengan perpecahan 50-50 di Senat melawan Partai Republik dan wakil presiden sebagai penentu, membutuhkan suara Manchin untuk meloloskan tindakan terobosan. Mereka telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menegosiasikan paket tersebut untuk memenuhi tuntutannya, tetapi mereka tidak berhasil.

Bisnis Batu Bara Manchin

Manchin berdalih bahwa potensi kenaikan inflasi membuat dirinya tak mendukung rencana pengeluaran besar. Padah, tujuh belas ekonom pemenang Hadiah Nobel, bagaimanapun, telah menerbitkan sebuah surat yang membantah bahwa RUU tersebut akan berdampak pada inflasi

Manchin memiliki sejarah panjang menentang undang-undang iklim. Ia juga diketahui memiliki hubungan lama dengan industri batu bara, dan telah menghasilkan jutaan dolar kekayanya dari bisnis tersebut. Menurut pengajuan pengungkapan keuangan terbarunya, Manchin memegang saham senilai US$1 juta hingga US$5 juta di Enersystems, perusahaan pialang batubara yang dia dirikan. Enersystems membayar Manchin US$492.000 dalam bentuk bunga, dividen, dan pendapatan lainnya pada tahun 2020, lebih dari pendapatan Senatnya.

Namun demikian, ketika ditanya tentang hubungannya dengan industri batu bara, Manchin mengatakan bahwa investasinya dalam bisnis batu bara keluarganya telah ditahan selama 20 tahun. 

Adapun menurut Kate Larsen, yang memimpin penelitian energi dan iklim internasional Rhodium, lonjakan penggunaan batu bara kemungkinan besar merupakan anomali yang disebabkan oleh kenaikan harga energi di seluruh dunia yang menyebabkan peralihan ke batu bara. “Emisi dari sektor listrik kami cukup banyak karena keinginan pasar energi,” katanya.

Dalam jangka panjang, penggunaan batu bara AS telah menurun secara signifikan, dan secara keseluruhan, emisi gas rumah kaca dari semua sumber masih di bawah tingkat pra-pandemi.

Related Topics