NEWS

Target Bangun Transmisi Listrik Gagal, ESDM Siapkan Strategi Baru

Pembangunan transmisi krusial untuk atasi kelebihan beban.

Target Bangun Transmisi Listrik Gagal, ESDM Siapkan Strategi BaruIlustrasi : infrastruktur penyaluran listrik milik PLN. (Dok. PLN)
18 January 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kementerian ESDM mencatat realisasi pembangunan infrastruktur transmisi listrik sepanjang 2023 baru mencapai 2.806,2 kms. Angka tersebut setara 79,73 persen dari target 3.519,5 kms. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu menerangkan salah satu alasan target tersebut tidak tercapai adalah masalah pembiayaan.

Karena itu, pemerintah mempertimbangkan strategi lain, yaitu dengan mewajibkan tiap badan usaha untuk membangun Jaringan Transmisi di sekitar lokasi pembangkit berada. Rencana tersebut, nantinya akan dirancang dalam revisi Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang tengah disusun PLN.

Di samping itu, pemerintah juga berupaya mencari jalan keluar pembiayaan lain lewat mekanisme kerja sama pemerintah dan badan usaha atau pembiayaan dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

"Memang transmisi itu kurang komersil. Karena infrastruktur, sama dengan jalan tol, kalau sudah ramai baru [menguntungkan]," ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (18/1).

Menurut Jisman, infrastruktur transmisi listrik sangat krusial untuk mendukung pembangunan pembangkit EBT serta mengatasi masalah kelebihan pasokan listrik dan sejumlah wilayah.

Sebagai contoh, pembangkit listrik tenaga air di Kalimantan yang hendak dikembangkan berada di wilayah terpencil. Untuk menyalurkan listrik dari pembangkit tersebut, dibutuhkan infrastruktur transmisi ke wilayah-wilayah industri atau padat penduduk seperti Pulau Jawa.

"Kita tahu potensi dari EBT jauh dari demand. Ada di Kalimantan, ada di Sumatera. Padahal episentrum demand itu masih di Pulau Jawa, khususnya Jawa Barat. Maka kami perkenalkan program supergrid, menghubungkan program interkoneksi di dalam pulau sendiri maupun antarpulau," ujarnya.

Salah satu pembangkit EBT besar yang tengah dibangun pemerintah di Kalimantan adalah PLTA Kayan Cascade dengan kapasitas 9.000 MW di Kalimantan Utara. Untuk mengevakuasi daya sebesar itu, pemerintah menyiapkan dua opsi: membangun pusat industri di sekitar pembangkit atau mengalirkannya ke Pulau Jawa via supergrid.

Pemerintah sedang gencar menawarkan investasi jaringan transmisi supergrid ke berbagai investor asing, seperti Cina dan Jepang. 

Transmisi Sumatera-Jawa

Dalam kesempatan tersebut, Jisman juga mengatakan bahwa pembangunan transmisi pada 2024 ditargetkan mampu mencapai 1.692 kms. Hal itu berarti target penyelesaiannya masih dibawah realisasi 2023.

Salah satu wilayah yang difokuskan pembangunan jaringan transmisinya adalah koridor Sumatera-Jawa melalui pembangunan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 275 kv dan 500 kv.

Untuk pembangunan transmisi 275 kv, pemerintah telah menyelesaikan perencanaan dari wilayah utara hingga selatan. Sementara untuk transmisi 500 kv, hingga saat ini ada dua ruas yang akan segera dioperasikan, dan dua ruas yang tengah dipercepat pembangunannya. Adapun satu ruas lainnya, sedang masuk proses tender ulang.

"Yang satu ruas, yang dikerjakan Waskita tapi wanprestasi, sudah terminasi, sudah ditutup, sudah ada penyelesaian dari PLN, pembayarannya, penyelesaian akhirnya, kemudian kita menunggu Jamdatun, BPK, BPKP dan kami berharap tahun ini bisa dilelang lagi oleh PLN," katanya.

Transmisi 500 kv tersebut nantinya akan digunakan untuk mengevakuasi daya PLTU Sumatera Selatan-8 berkapasitas 2x600 MW ke pusat permintaan, termasuk di Jawa. Namun, lantaran pembangunannya belum rampung, pemerintah akan memanfaatkan transmisi 275 kv yang telah ada terlebih dahulu.

Dengan demikian, pemerintah dapat mengatasi masalah kontrak jual beli listrik dengan skema take or pay, yang dapat merugikan PLN jika produksi listriknya tidak tersalurkan.

"Di tahun pertama memang ada perubahan capacity factor (CF). Untuk Sumsel 8 ini seiring dengan kita mengalirkannya di 275, kan terbatas ya. Tapi secara kontrak 30 tahun untuk Sumsel 8 itu CF-nya bisa sesuai dengan kontrak. Nanti bisa diselesaikan di tahun-tahun berikutnya, ketika transmisi yang di selatan bisa diselesaikan," ujarnya.

Related Topics