Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Inflasi Maret 1,65%, Tarif Listrik hingga Emas Perhiasan Jadi Sebab

tips menghadapi inflasi
ilustrasi inflasi (unsplash/angie J)
Intinya sih...
  • Laju inflasi Maret 2025 mencapai 1,65 persen, dengan inflasi tahunan 1,03 persen dan inflasi sepanjang tahun berjalan 0,39 persen.
  • Kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga menjadi penyebab utama kenaikan inflasi bulanan dengan kontribusi terbesar dari tarif listrik.
  • Daerah inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Papua Pegunungan pada level 8,05 persen, sementara komponen inti mengalami inflasi tahunan 2,48 persen.

JAKARTA – Setelah mengamati perkembangan positif pada sektor penerimaan pajak dan kinerja korporasi, perhatian kini tertuju pada stabilitas harga. Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini merilis data mengenai laju inflasi nasional pada Maret 2025, yang menunjukkan angka 1,65 persen secara bulanan.

Sementara itu, secara tahunan, inflasi tercatat mencapai 1,03 persen, dan inflasi sepanjang tahun berjalan mencapai 0,39 persen.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, mengatakan lonjakan inflasi pada Maret ini sejalan dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 105,48 pada Februari 2025 menjadi 107,22 pada Maret 2025. Dalam konferensi pers yang digelar pada Selasa (8/4), Habibullah menyampaikan, “Tingkat inflasi Maret 2025 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan Maret 2024.”

Salah satu pemicu utama kenaikan inflasi ini berasal dari kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Kelompok ini mencatatkan inflasi yang cukup tinggi, yakni 8,45 persen, dan memberikan kontribusi terbesar terhadap inflasi bulanan dengan andil 1,18 persen.

Dari berbagai komoditas yang dipantau oleh BPS, tarif listrik menjadi penyumbang tunggal terbesar terhadap inflasi Maret, dengan kontribusi yang sama, yakni 1,18 persen terhadap total inflasi.

Selain tarif listrik, kenaikan harga juga terpantau pada sejumlah komoditas pangan dan logam mulia. Bawang merah memberikan andil inflasi 0,11 persen, disusul oleh cabai rawit 0,06 persen. Harga emas perhiasan pun tidak luput dari tren kenaikan dan menyumbang 0,05 persen terhadap inflasi, sementara daging ayam ras memberikan andil 0,03 persen.

Daerah inflasi tertinggi

Dari perspektif geografis, kondisi inflasi di berbagai provinsi di Indonesia menunjukkan variasi cukup signifikan. Provinsi Papua Pegunungan mengalami inflasi tahunan tertinggi mencapai 8,05 persen dan IHK 115,26.

Sebaliknya, Provinsi Papua Barat Daya menjadi wilayah dengan inflasi tahunan terendah dengan hanya 0,24 persen, serta IHK 104,07.

Bahkan, beberapa provinsi justru mengalami deflasi tahunan, yang harga-harganya secara umum mengalami penurunan. Provinsi Papua Barat mencatatkan deflasi 0,23 persen, diikuti oleh Provinsi Bengkulu dengan deflasi 0,22 persen.

Pergerakan komponen inti inflasi

Jika ditelisik lebih dalam berdasarkan komponen pembentuk inflasi, data BPS menunjukkan bahwa inflasi Maret dipengaruhi oleh pergerakan komponen inti, komponen harga yang diatur oleh pemerintah, serta komponen harga yang bergejolak.

Komponen inti, yang merefleksikan tren inflasi jangka panjang, mengalami inflasi tahunan 2,48 persen. Hal ini tecermin pada kenaikan indeks dari 103,61 pada Maret 2024 menjadi 106,18 pada Maret 2025.

Komponen inti ini juga mencatatkan inflasi bulanan 0,24 persen dan inflasi sepanjang tahun berjalan 0,79 persen. Andilnya terhadap inflasi tahunan mencapai 1,58 persen, sementara terhadap inflasi bulanan 0,16 persen.

Menariknya, komponen harga yang diatur oleh pemerintah justru mengalami deflasi secara tahunan sebesar 3,16 persen. Namun, secara bulanan, komponen ini mencatatkan inflasi yang cukup tinggi, yakni 6,53 persen.

Kontribusinya terhadap inflasi bulanan mencapai 1,16 persen, sementara terhadap inflasi tahunan justru memberikan andil negatif atau deflasi 0,61 persen.

Di sisi lain, komponen harga yang bergejolak, yang umumnya mencakup harga bahan pangan, mencatatkan inflasi tahunan 0,37 persen, inflasi bulanan 1,96 persen, dan inflasi sepanjang tahun berjalan 3,99 persen.

Komponen ini memberikan kontribusi 0,06 persen terhadap inflasi tahunan dan 0,33 persen terhadap inflasi bulanan.

Data inflasi ini menjadi perhatian penting bagi pemerintah dan masyarakat dalam mengantisipasi perkembangan ekonomi ke depan.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us