NEWS

Belanja Masyarakat Turun, Perekonomian Q3 AS Melambat

Penurunan belanja warga akibat gangguan rantai produksi.

Belanja Masyarakat Turun, Perekonomian Q3 AS MelambatWarga memakai payung sambil menyebrangi jalan di New York, Amerika Serikat, Selasa (26/10/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Caitlin Ochs/aww/cfo
29 October 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Perekonomian Amerika Serikat pada kuartal ketiga tahun ini tumbuh, tetapi dalam posisi paling lambat dalam setahun terakhir. Perlambatan terjadi menyusul penurunan konsumsi rumah tangga akibat gangguan produksi.

Melansir Reuters, Jumat (29/10), pemerintah AS mengumumkan bahwa produk domestik bruto pada Juli–September 2021 hanya sanggup tumbuh 2,0 persen secara tahunan, terendah sejak triwulan II-2020 saat perekonomian terganjal dampak pandemi COVID-19. 

"Perlambatan pertumbuhan pada kuartal ketiga tentu saja merupakan guncangan yang tidak diinginkan. Tapi ekonomi tidak akan terpuruk,” kata Christopher Rupkey, kepala ekonom di FWDBONDS, dikutip Reuters.

Menurut Rupkey, perlambatan ekonomi ini sebagian disebabkan gangguan pasokan industri. Salah satunya di industri otomotif dengan tingkat pasokan mencapai level terendah di banyak dealer. Kondisi ini ditengarai akibat melonjaknya kasus Covid-19.

Pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah ini juga diyakini menjadi petunjuk penurunan pemberian stimulus dari pemerintah AS. Stimulus itu diberikan kepada sektor bisnis, pemerintah negara bagian, dan rumah tangga.

Meski begitu, perekonomian AS pada kuartal ketiga ini berhasil melampaui posisi sebelum era krisis pandemi. Berdasarkan data, PDB pada kurun sama tumbuh 1,4 persen lebih tinggi dari sebelum pagebluk.

Belanja masyarakat tak bergairah

Konsumsi rumah tangga merupakan penyumbang utama PDB AS dengan kontribusi mencapai lebih dari dua per tiga. Perlambatan ekonomi ini terjadi lantaran konsumsi warga di periode yang sama hanya tumbuh 1,6 persen. Padahal, pada kuartal kedua belanja rumah tangga mampu meningkat 12 persen.

Itu tampak dari tingkat belanja terhadap barang-barang manufaktur tahan lama yang hanya di posisi 26,2 persen. Penurunan belanja ini di antaranya disebabkan kelangkaan pasokan sepeda motor. Keterbatasan suplai ini menghambat gairah masyarakat untuk berbelanja.

Belanja masyarakat untuk barang-barang jasa di periode yang sama juga hanya sanggup tumbuh 7,9 persen. Sebelumnya, pada kuartal kedua konsumsi jasa masyarakat AS meningkat 11,5 persen.

Masalah lain yang turut menghambat pertumbuhan ekonomi AS adalah peristiwa Badai Ida. Fenomena tersebut menghambat produksi energi di lepas pantai negara tersebut. Pemerintah AS memperkirakan kerugian akibat Badai Ida mencapai US$62 miliar (sekitar Rp877,3 triliun).

Imbas penurunan produksi tersebut menciptakan inflasi tinggi (yang mengikis daya beli). Berdasarkan data dari bank sentral AS, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (di luar makanan dan energi) ada di posisi 4,5 persen.

Pasar tenaga kerja membaik

Meski melambat, tapi ada satu perkembangan baik dari perekonomian AS yaitu kondisi pasar tenaga kerja. Menurut Departemen Tenaga Kerja AS, jumlah orang yang mengajukan klaim untuk tunjangan pengangguran turun menjadi 281 ribu pekan lalu. Itu terendah sejak pertengahan Maret 2020.

Demikian untuk jumlah penerimaan manfaat yang juga turun menjadi 2,234 juta pada pertengahan Oktober. Ini juga level terendah dalam 19 bulan terakhir.

"Mengingat banyaknya lowongan pekerjaan, klaim terus menurun untuk beberapa waktu. Namun, pasar tenaga kerja tetap ketat," kata Joel Naroff, kepala ekonom di Naroff Economics di Holland, Pennsylvania.

Upah pekerja AS meningkat, namun dengan tingkat inflasi yang tinggi berdampak pada daya beli. Setelah disesuaikan dengan inflasi, pendapatan rumah tangga turun menjadi 5,6 persen. Tabungan juga melambat menjadi 8,9 persen dari 10,5 persen pada kuartal II-2021.

Related Topics