Jepang harus meningkatkan jumlah pekerja asing menjadi 6,74 juta pada 2040 untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi tahunan rata-rata 1,24 persen. Perkiraan kebutuhan jumlah pekerja itu berdasarkan skenario pertumbuhan tinggi bullish yang telah ditetapkan pemerintah dalam proyeksi jangka panjang.
Kelompok think tank yang juga mencakup badan penelitian Japan International Cooperation Agency (JICA) afiliasi Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan dalam sebuah laporan bahwa angka kebutuhan tenaga kerja tersebut hampir 300 persen lebih banyak dari 1,72 juta pekerja asing saat ini. Jumlah tenaga kerja asing kini sekitar 2,5 persen dari angkatan kerja.
Presiden JICA Shinichi Kitaoka mengatakan Jepang harus membahas penerimaan pekerja asing dengan rasa urgensi yang lebih besar karena persaingan tenaga kerja akan tumbuh di masa depan melawan negara-negara seperti Cina.
"Kita perlu mengambil tindakan untuk membuat Jepang menarik dalam jangka panjang, negara yang akan dipilih oleh pekerja asing," katanya, dalam simposium penelitian, dikutip dari Reuters pada Selasa (8/2).
Studi kelompok think tank itu mengasumsikan Jepang akan kehilangan lebih dari 10 persen tenaga kerja domestiknya selama dua dekade mendatang. Populasi Jepang mencapai puncak pada 2008 dan telah menurun sejak saat itu karena tingkat kelahiran yang rendah. Populasi usia kerja menyusut lebih cepat karena penuaan.
Studi tersebut juga memperhitungkan stok modal yang diasumsikan akan terus tumbuh sebesar 1 persen per tahun berkat investasi dalam teknologi otomasi.
Tanpa otomasi "Jepang akan membutuhkan 21 juta pekerja asing pada 2040 untuk memenuhi tujuan pertumbuhan yang secara praktis, tidak mungkin," kata seorang peneliti di simposium.