Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Menteri Keuangan Republik Indonesia, Purbaya Yudhi Sadewa, saat memberikan keterangan pers terkait arah kebijakan fiskal nasional di Jakarta
Menteri Keuangan Republik Indonesia, Purbaya Yudhi Sadewa, saat memberikan keterangan pers terkait arah kebijakan fiskal nasional di Jakarta, Jumat (8/11/2025). Sumber: Kementerian Keuangan RI

Intinya sih...

  • Menteri Keuangan percaya pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6% pada 2026

  • Pemindahan Sisa Anggaran Lebih (SAL) senilai Rp200 triliun oleh pemerintah memberikan dampak besar terhadap pemulihan ekonomi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Pemerintah menilai ada sejumlah indikator penting yang membuat perekonomian memasuki fase yang makin kondusif untuk tumbuh. Di antara parameter kunci yang bisa dijadikan pegangan adalah kepuasan publik, meningkatnya keyakinan konsumen, hingga membaiknya aktivitas produksi.

Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, menyatakan optimismenya mengenai kemampuan Indonesia mengupayakan pertumbuhan ekonomi lebih baik.

“Kalau momentum ini bisa dijaga, tahun depan kita bisa capai pertumbuhan 6 persen tanpa terlalu sulit,” kata Purbaya dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI yang disiarkan secara virtual, Kamis (27/11).

Keyakinan itu dia sandarkan pada hasil survei terbaru yang menunjukkan lonjakan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terhadap pemerintah dan presiden. Angka tersebut mencapai 118 pada November 2025, atau menjadi level tertinggi sepanjang sejarah.

Padahal, sepanjang Juni hingga September 2025, keyakinan konsumen sempat merosot tajam akibat perlambatan ekonomi. Ketidakpuasan itu bahkan memicu gelombang aksi demonstrasi.

“Kalau kita tidak balikan ekonominya, kita dalam keadaan bahaya. Bukan DPR saja, pemerintah juga utamanya,” ujarnya.

Saat ini, dia menilai pemulihan kepercayaan publik merupakan fondasi penting mendorong permintaan domestik dan memperkuat stabilitas sosial-politik.

Dari sisi konsumsi rumah tangga, tren positif terlihat pada penjualan ritel yang terus menguat, termasuk barang tahan lama.

Penjualan motor tumbuh 8,4 persen secara tahunan. Sementara itu, meski penjualan mobil masih negatif 4 persen, terjadi perbaikan dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.

Pada sektor produksi, aktivitas manufaktur juga kian berbobot. PMI Manufaktur berada di level ekspansif 51,2 pada Oktober 2025, menandakan peningkatan output dan permintaan baru.

Lalu, Indeks Ekspektasi Ekonomi mencapai 133,4, menggambarkan optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian ke depan.

Purbaya turut menyoroti Indeks Kepercayaan Konsumen Pemerintah (IKKP) yang dirilis LPS. Ia menyatakan sebelum dilantik sebagai Menteri Keuangan, dia melihat indeks tersebut berada pada level rendah--yang bertepatan dengan demonstrasi besar-besaran.

“Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, presiden, in a way, juga menggambarkan sistem politik kita,” ujarnya.

Efek Dorongan SAL Rp200 Triliun

Salah satu kebijakan yang dianggap memberi dampak besar terhadap pemulihan adalah pemindahan Sisa Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp200 triliun oleh pemerintah. Langkah ini dianggap berhasil meningkatkan likuiditas, mendorong aktivitas ekonomi, dan memperkuat optimisme pasar.

Dampaknya mulai terlihat pada survei Oktober 2025, yang menunjukkan perbaikan tajam setelah periode pelemahan.

“Dukungan Komisi XI, restu Presiden untuk menaruh Rp200 triliun, dan manajemen keuangan yang lebih baik sudah bisa mengmicu pertumbuhan ekonomi dan memunculkan momentum pemulihan baru,” ujarnya.

Pemerintah yakin tekanan sosial akan mereda sehingga ruang bagi pengambilan kebijakan pro-pertumbuhan makin terbuka.

“Ketika masyarakat puas ke pemerintah seperti sekarang, harusnya demo akan lebih sedikit ke depan. Pemerintah bersama DPR bisa fokus menciptakan pertumbuhan lebih cepat,” kata Purbaya.

 

 

Editorial Team